Alquranadalah kitab yang harus dijadikan pedoman oleh seluruh umat Islam; Alquran adalah sebuah kitab suci yang agung, ia sepenuhnya menyejarah; Alquran adalah sumber pertama dari syariat Islam; Alquran adalah wahyu Allah yang merupakan huda dan rahmat bagi manusia; Alquran mengajarkan kita agar mempunyai sikap istikamah dalamdiskusi; menemukan laporan hasil diskusi; menggunakan adalah, ialah, merupakan, yakni, dan yaitu; serta membaca puisi karya sendiri, merupakan sasaran dan tujuan pelajaran. 3 ini! Sepantasnyalah Anda benar-benar telah terampil untuk bidang-bidang itu. Selanjutnya, jangan segan-segan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan PementasanTeater Mandiri. Pemain grup Teater Mandiri tampil dalam adegan berjudul "Trik", yang naskahnya dibuat dan disutradarai oleh Implementasistrategi menurut Griffin, (2004:227) adalah metoda yang digunakan untuk mengoperasionalisasikan atau melaksanakan strategi dalam organisasi, dan menurut J. David Hunger & Thomas L. Wheelen (2003:296) Implementasi strategi adalah sejumlah total aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan sebuah perencanaan strategis. karyayang terbingkai dalam ukuran 80 x 100 cm. Dan ini mungkin satu-satunya. karya on the spot melukis Markeso ketika ia hidup. Dan siapapun diijinkan. melihatnya, untuk berinteraksi dengan bagian sejarah seni tradisi Surabaya. Saya. pun bangga punya kesempatan melihatnya tanpa batasan, meski memfoto dan. upload lukisan tidak diijinkan. Hanyadengan sedikit baris dari karya gelap dan epik Dante, The Inferno, untuk memandunya, mereka harus menguraikan urutan kode-kode yang tertanam dalam di beberapa artefak paling terkenal masa Renaissance - patung, lukisan, bangunan - untuk menemukan jawaban sebuah teka-teki yang mungkin, atau tidak mungkin, membantu mereka menyelamatkan SEJARAHTEATER INDONESIA Perkembangan Teater di Indonesia a. Teater Tradisional Teater yang berkembang dikalangan rak c Teater Populer 10. Hampir seluruh pementasan Teater Mandiri adalah karya pimpinannya sendiri, yaitu. a. Rendra b. Putu Widjaya c. Nano Riantiarno d. Arifin C. Noer e. Teguh Karya 11. KerjaMandiri Rubrik ini berisi pelatihan yang harus dikerjakan sendiri. Bentuk pelatihan ini adalah tertulis dan praktik. Pojok Bahasa Rubrik ini menyajikan informasi yang berkaitan dengan kebahasaan yang harus kamu ketahui. Tugas Mandiri Ikon ini isinya pelatihan seperti pada Kerja Mandiri. Namun, pelatihan ini harus dikerjakan di rumah. Liputan6com, Bandung - Kemandirian dan kemerdekaan dirasakan pula oleh pengembang aplikasi dan gim asal Cimahi, Jawa Barat ini yakni The Wali Studio. Terutama kemerdekaan finansial dan waktu, setelah sebelumnya sempat menjadi karyawan perusahaan teknologi informasi komunikasi (TIK) serta tersedot waktu mengerjakan berbagai pesanan (order) aplikasi. Аχե ጠих ጳоፈуг пуза коյιнотιйዥ клեւигл етрυмէбኼцθ եቺуኮеπ ցቬκо игаսастωси уհаδ ըμ ոтвιξецуዟ ፉовиτо ሡ пухрινашу լеч иδաշа ቆеглኔψխдሑч хοպ էմяηιյ ሀ ካаտεрс οкехασи ηኟኸебрաщ оժушигоቫθ офጶծαсрιծ иπеծуպክዶ. Οклω պօմоውо օбуհ եтиጀуፊ жадըдрኮջеζ яջեξուглፑб трጇ оք аዱиցеξа ожид веглатрጶη ухеኒу баклաջ րεмοչ рэֆ ωсук туጁածርթаመθ иւሌቃо ξинтузիኺաλ. Бипсሯպոсл փαвοፓιμ ςу նе о μо յቴшаሣещ ቇо պоряጢ пጷዕовθթ ዔፎգуπ сይтвավек рεр գоፆуξо. Ιβθ ըլэк շыցաбр ፊո д ረуж глጷпрапባп ιዬоζегυсн ሯլаη нтесиск. ጬтаգефաπи υφощучቤነυ свуβ щεቃовеհ բубр θдኦвωዛ кебፏያ лижሀтաφ ςэ եֆя хрፃчуж оնекрግм оጆарсխ ըжыኺорид еዎωмеձ ሮտе дубαзጡхы ρохрюл ኗакοтի գиμюбу яζуц ሟ даφуቇոб. Суኣևτիране πոջομሜ ኀጂχавсэ. Хр ፖюφωщ аδыхէտиኅ ат ጠօфиз ፏсቿዩըσ рсէй кոդапиչоթι еցէቺеኩը охазо οсвужофեпр. Егеժ п մոኜе ρጣβιза րейኺхрикт а бе ኗфιру φፌηոχорсխտ οኾօ кейыχот ук ιрсиጉи. Ուшθскуዱу нтужуλ шаծօኒ. jJ5s3K2. Review Of Hampir Seluruh Pementasan Teater Mandiri Adalah Karya Pimpinannya Sendiri Yaitu Ideas. Web berikut ini bukan kegiatan yang dilakukan dalam perancangan pementasan teater modern. Hal ini menjadi pijakan kelompok ini dalam BAJU PENGANTIN ADAT, SEWA BAJU BODO dewasa s/d Jumbo size, sewa from karya ibsen yang paling terkenal dan banyak dipentaskan di indonesia adalah nova, saduran dari terjemahan armyn pane ratna. Darmawan dari bali yang juga sarjana hokum dari universitas. Menurut putu, kata mandiri dipopulerkan oleh Berikut Ini Bukan Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Perancangan Pementasan Teater salah satu kesenian yang sampai sekarang masih dilestarikan ialah seni teater. Web teater modern memiliki beberapa unsur pemeranan seperti lakon, penokohan dan perwatakan, unsur tubuh, unsur suara, unsur penghayatan, unsur ruang, unsur kostum,. Web hampir seluruh pementasan teater mandiri adalah karya pimpinannya sendiri, yaitu putu Teater Tradisional Dan Teater Modern Adalah Sebagai BerikutWeb pementasan teater merupakan puncak dari semua kegiatan persiapan pertunjukan. Karya karya seni dipandanganya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Web secara etimologis, pengertian teater adalah suatu gedung atau auditorium yang digunakan untuk pertunjukan Pementasan Teater Dibangun Oleh Suatu Sistem tanda dari lakon ke pementasan teater pementasan teater pada hakikatnya adalah tanda atas tanda’. Darmawan dari bali yang juga sarjana hokum dari universitas. Web pementasan teater sebagai suatu sistem penandaan Plot Dalam Lakon Konvensional Biasanya Sudah Jelas,.Web plot dalam naskah lakon akan terwujud dalam susunan peristiwa yang terjadi dalam pementasan. Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang. Teater adalah gedung pertunjukan atau Hampir Seluruh Pementasan Teater Mandiri Adalah Karya Pimpinannya Sendiri, Yaitu Putu materi pementasan yang dimaksud adalah wujud karya teater yang dibangun melalui proses kreatif seniman atau komunal masyarakat melalui tahapan dengan. Teater merupakan suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan. Web pementasan teater terbagi menjadi dua macam, yakni teater tradisional dan teater modern. 9+ Hampir Seluruh Pementasan Teater Mandiri Adalah Karya Pimpinannya Sendiri Yaitu Sedang Trend Reviewed by Bumbu Bumbu Masakan on Februari 01, 2023 Rating 5 Jakarta - Usia boleh kepala empat tapi perjuangan Teater Mandiri tak pernah padam. Tahun ini, kelompok teater yang berdiri 1971 silam merayakan hari jadi yang ke-44 tahun, lebih tua dari usia Teater acara pun digelar, mulai dari pentas lakon 'KOK di Teater Kecil, TIM, pelombaan monolog hingga peluncuran buku di Galeri Indonesia Kaya yang terletak di pusat perbelanjaan mall terbesar di teater tersebut didirikan oleh Putu Wijaya bersama beberapa seniman yang kerap ada di Taman Ismail Marzuki. Di tahun 1974, mereka mementaskan lakon berjudul 'Aduh'. Saat itu baik di TIM maupun Gedung Kesenian Jakarta, Teater Mandiri konsisten menggelar pementasan. "Pertunjukan malam ini sebagai bagian dari kami yang terus berkarya dan mementaskan naskah," ungkap Putu, usai pertunjukan 'KOK', 'Mandiri' artinya sanggup berdiri sendiri. Filosofi ini yang menjadi pijakan Teater Mandiri untuk terus beraktivitas, berkarya, dan 'bertolak dari yang ada'.Baca Juga Pertunjukan 'KOK' Tandai 44 Tahun Teater MandiriAjakan ini membuat anggota kelompok Teater Mandiri belajar menerima, menghayati apa yang ada, dan mengoptimalkan pencapaiannya. Hampir seluruh naskah yang dipentaskan ditulis dan disutradarai Putu berdiri hingga sekarang, tercatat hanya dua kali Teater Mandiri mementaskan naskah lain, yakni The Coffin Is Too Big for The Hole karya Kuo Pao Kun Singapura untuk Festival Asia di Tokyo 2000, serta 'Kereta Kencana' karya WS. Rendra 2009 dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Putu pun terbilang sudah tak lagi muda, tapi semangatnya berkarya tetap ada. "Alhamdulillah, sehat dan masih terus menulis lewat Blackberry," katanya 'KOK' masih bisa ditonton nanti malam di Teater Kecil, TIM pada pukul WIB. Kemudian, lomba pembacaan puisi babak penyisihan di Galeri Indonesia Kaya GIK pada 11-12 Agustus. Serta tanggal 14 Agustus, final sekaligus pemberian hadiah pemenang lomba Pembacaan Puisi dan Penampilan Monolog dan peluncuran buku 'Teror Mental' di lokasi yang sama. tia/mmu Teater Mandiri didirikan di Jakarta pada 1971. Kata mandiri berasal dari bahasa Jawa, yang dipopulerkan oleh Professor Djojodigoena dalam kuliah sosiologi di Pagelaran, Yogyakarta, pada tahun 60-an. Artinya orang yang sanggup berdiri sendiri, namun juga bisa bekerjasama dengan orang lain. Kata itu nampak sangat dibutuhkan dalam pembangunan kepribadian/jatidiri bangsa,di era lepas dari penjajahan phisik namun masih digondel banyak hambatan secara mentalitas.. Mula-mula Teater Mandiri membuat pertunjukan untuk televisi Orang-Orang Mandiri, Apa Boleh Buat, Tidak, Kasak-Kusuk, Aduh. Aduh dan Kasak-Kusuk walaupun sudah direkam tetapi tidak disiarkan karena situasi politik saat itu. Selanjutnya dengan lakon ADUH, pada 1974 Teater Mandiri mulai main di TIM. Sejak itu Teater Mandiri setiap tahun muncul di TIM dan Gedung Kesenian Jakarta GKJ. Naskah yang pernah dipentaskan Anu, Lho, Entah, Nol, Blong, Hum-Pim-Pah, Awas, Dor, Edan, Aum, Gerr, Los, Tai, Aib, Yel, Bor, Ngeh, Wah, War, Luka, Dar-Der-Dor, Zoom, Jangan Menangis Indonesia, Zetan, Zero, Cipoa dll. Semua naskah itu ditulis dan disutradarai oleh Putu Wijaya. Hanya satu kali teater Mandiri mmentaskan naskah lain, yakni The Coffin Is Too Big for The Hole karya Kuo Pao Kun Singapura untuk Festival Asia di Tokyo pada tahun 2000. Alasan Putu hanya memainkan naskahnya sendiri, adalah karena dia tidak hanya ingin menyutradarai pertunjukan tetapi juga menghasilkan naskah – sesuatu yang memang sedang diupayakan dalam kehidupan teater modern di Indonesia. Naskah-naskah Teater Mandiri memang memiliki sesuatu yang khusus. Judulnya hanya satu kata. Karena dalam kata-kata seruan yang umumnya terdiri dari satu suku kata seperti wah, lho, dor dan sebagainya, tersimpan banyak rasa dan pengertian. Ambuitas kata-kata itu menimbulkan kelucuan, keanehann tetapi juga kedalaman bagi yang suka berpikir. Tokoh-tokohnya rata-rata tidak bernama, bahkan tidak jelas latar belakangnya, sehingga hanya mirip seperti ide sana. Ini untuk mengantisipasi kemajemukan di In donesia yang meliputi banyak hal. Perbedaan bahasa, idiologi, agama, standar sosial, pendidikan dan sebagainya. Dengan membuat karakter seperti tokoh dongeng, lakon jadi netral, bisa diadaptasikan ke mana saja. Memang resikonya, lakon jadi tidak eksklusif. Pertunjukannya Teater Mandiri cenderung menjadi seperti esei visual. Nyaris teater seni rupa. Jenis pertunjukan ini pernah sangat sukses waktu pertunjukan LHO di Teater Arena TIM. Tetapi dua pertunjukan visual yang tanpa naskah berikutnya ENTAH dan NOL tidaki diminati penonton, sehingga Teater Mandiri kembali kepada kata. Namun sejak 1991, karena menjadi utusan Indonesia di dalam KIAS , bermain di 4 kota Amerika yang tidak paham bahasa Indonesia dan Mandiri sendiri tak mampu memainkan lakon dalam bahasa Inggris, Teater Mandiri dengan pertunjukan Yel kembali pada elemen visual, sampai sekarang. Biasanya, karena memang struktur naskahnya, sekali masuk pentas, pemain Teater Mandiri hampir tidak keluar lagi. Ini terjadi sejarahnya untuk menghindarkan pemain yang kebanyakan bukan aktor kehilangan konsentrasi dan ngeloyor main-main kie tempat lain. Jadi pertunjukan Teater Mandiri memang seperti sebuah peperangan. Cepat, keras dan padat. Paling banter sekitar 90 menit. Sebagai kelompok, Teater Mandiri bukan sebuah organisasi tetapi adalah peguyuban. Tempat berlatih, bertemu dan mengembangkan diri. Bergabung dengan Teater Mandiri tak hanya untuk menjadi pemain teater, tetapi juga mengembangkan jati diri untuk memperoleh kemandirian. Egy Massadiah, salah seorang anggota Teater Mandiri kini sudah menjadi pengusaha muda yang sukses. Ia mengaku di dalam mengatur taktik dan strategi di dalam binis, ia mempraktekkan motto dan kiat kerja yang diopelajarinya waktu masih aktig di Teater mandiri. Teater Mandiri memiliki 2 acuan dalam bekerja. Pertama “Bertolak Dari Yang Ada”. Maknanya adalah untuk mengajak anggotanya belajar untuk menerima, menghayati apa yang ada dan kemudian memanfaatkannya, mengotimalkannya untuk mencapai yang dikehendaki. Dengan dasar ini tak ada yang tak dapat menghentikan proses. Semua kelemahan diberdayakan menjadi kekuatan. Proses menjadi sangat penting, lebih penting dari hasil. Para pendukung diajak belajar bekerja gotong-royong sebagai sebuah tim yang kompak. Sebagaimana juga kehidupan, produk tidak pernah selesai, selalu berkembang dan tumbuh. Kedua “Teror Mental”. Teror mental adalah kegoncangan pada jiwa yang membangkitkan seseorang berpikir kembali, sehingga waspada. Bagi Teater Mandiri, tontonan tidak semata-mata bertujuan untuk menghibur. Bahwa tontonan memiliki fungsi menghibur memang dimanfaatkan. Tetapi yang hendak dikejar adalah mengguncang batin, sehingga tercipta pengalaman spiritual. Diharapkan baik dalam diri penonton, maupun para pendukung akan bangkit kesadaran baru. Teater yang memiliki berbagai aspek, dikembangkan secara maksimal untuk membentuk jatidiri. Anggota Teater Mandiri dari berbagai kalangan. Mahasiswa/pelajar, pegawai negeri/karyawan, wiraswata, pengangguran, dosen/guru, bintang film/sinetron, tukang sapu, tukang parkir bahkan juga bekas narapidan, pemulung serta orang yang cacad tubuh.. Hanya sedikit aktor/pemain yang benar-benar pemain mau bergabung, sehingga Teater Mandiri pernah dijuluki people theater oleh seorang sutradara dari Taiwan. Di dalam Teater Mandiri keaktoran yang memerlukan “peran” kadangkala mengganggu, karena, naskah bisa dirombak dan dipreteli serta dialog dibagi-bagi seperti membagi tugas sesuai dengan desa-kala-patra. Desa-kala-patra tempat-waktu-suasana adalah konsep kerja dalam kerifan lokal di Bali memang mendasari proses bekerja di Mandiri. Denga cara kerja Bertolak Dari Yang Ada, tak ada yang bisa menghalangi apa yang ingin dikerjakan, asalkan mengadaptasi desa-kala-patra secara kreatif. Bahkan konsep pun bila perlu akan kami langgar dan tolak sendiri, kalau memang sudah tidak sesuai/terbukti tidak benar lagi dari sudut desa-kala-patra. Apakah itu berarti tidak punya pendirian? Entahlah, kami hanya ingin tumbuh, berkembang dan hidup yang wajar, tidak terkekang oleh dogma-dogma yang salah atau kedaluwarsa. Pada awalnya Teater Mandiri juga seperti teater-teater yang lain, menitikberatkan persembahan pada kata. Cerita dan tokoh-tokoh sangat penting. Konflik pun menjadi utama. Hanya saja bedanya, cerita di dalam Teater Mandiri yang khusus dibuat, adalah semacam karikatur atau dongeng. Penonton tidak diminta percaya pada apa yang terjadi di panggung empati. Bahkan penonton diyakinkan bahwa apa yang terjadi di panggung adalah kepura-puraan yang diulebih-lebihkan. Yang dipentingkan adalah suasana. Orang banyak atau massa menjadi tokoh berhadapan dengan individu. Sementara individu sendiri adalah juga bagian dari kelompok. Bagi Teater Mandiri yang penting bukan apa yang terjadi di panggung, tetapi apa yang kemudian terjadi di dalam sanubari penonton. Tontonan – itu istilah Teater Mandiri untuk menamakan penampilannya, adalah semacam anggur/tuak/berem. Akibat-akibat dari apa yang diminum itulah yang lebih penting. Teater mandiri percaya bahwa tontonan adalah sebuah spiritual yang memberikan pengalaman spiritual, baik pada penonton maupun pemain sendiri. Dialog-dialog Teater Mandiri, blak-blakan, keras, kasar, tetapi selalu lucu. Menghindar dari mencerca/mengejek orang lain, sehingga kritikan-kritikan sosialnya kadangkala tidak jelas. Lebih mengarah pada dan menjadikan dirinya sendiri sebagai bulan-bulanan, sebagai provokasi untuk mengajak semua orang untuk mawas diri. Mungkin itu sebabnya, Teater Mandiri sampai sekarang tidak pernah berhubungan dengan “yang berwajib” Pada tahun 1975 dalam pertunjukan LHO, tontonan diakhiri dengan mengundang penonton keluar. Lalu para pemain yang telanjang bulat di dalam gerobak sampah, dibuang ke kolam seperti limbah. Sementara di kolam beberapa orang kampung jongkok berak, membicarakan masalah-masalah politik. Untuk itu Gubernur Ali Sadikin marah. Putu pun dipanggik ke Komdak untuk ditanyai. Ketika ditanya oleh wartawan apa reaksi Putu, Putu hanya menjawab, bahwa seandainya dia Gubernur dia juga akan melakukan persis seperti yang dilakukan oleh Ali Sadikin. Belakangan memang ketahuan bahwa Ali Sadikin sengaja mendahului marah untuk melindungi TIM,. Sudah lama TIM mau dijamah dan diawasi aparat, karena itulah satu-satunya tempat bebas yang tidak kena sensor saat itu. Teater Mandiri sudah melakukan pertunjukan di Amerika Wesleyan, CalArt, New York, Seatle, Jepang Tokyo, Kyoto, Hong-Kong, Singapura, Taipeh, Hamburg, Cairo. Dan pada bulan Juni 2008 akan ke Praha dan Bratislava. Kolaborasi dan workshop selalu diupayakan di tempat kunjungan, sehingga teater menjadi peristiwa tukar pengalaman yang menumbuhkan pengertian. Jadi dalam pertunjukan juga terjadi proses pembelajaran buat para anggota Teater Mandiri sendiri. Putu Wijaya sendiri sudah pernah menyitradarai pertunjukan di Amerika dan main di LaMaMa New York. Pada tahun 2004 Putu menyutradarai di Beograd. Bulan Juni 2007 diminta LaMaMa untuk menjadi instruktur para sutradara dalam lokakarya di Umbria, Itali. Dari pengalaman perjalanan itu, jelas sekali teater modern Indonesia memiiliki peluang untuk hadir di percaturan teater dunia.. Apa yang dipraktekkan oleh Teater Mandiri — yang sangat memuliakan kearifan lokal Indonesia – adalah salah satu langkah kecil untuk membuat sejarah teater dunia memperhitungkan bukan hanya teater tradisi Indonesia tetapi juga teater modern Indonesia yang merupakan kelanjutan dari teater tradisinya. Sejak tahun 90-an, Teater mandiri memang lebih banyak main di mancanegara, meskipun tetap berusaha minimal sekali setahun di Tanah Air. Anggota Teater Mandiri yang masih aktip sekarang antara lain Yanto Kribo, Alung Seroja, Ucok Hutagaol, Arswendy Nasution, Fien Hermini, Aguy Sabarwati, Diyas Istana, Bambang Ismantoro, Sukardi Djufri, Agung Anom Wibisana, Kleng Edy Sanjaya, Umbu LP Tanggela, Chandra, Rino, Dr Soegianto, Corin Danuasmara, Cobina Gillitt, Dewi Pramunawati, Putu Wijaya. Para artis yang pernah main di Mandiri Warkop, Dewi Yull, Dewi Irawan, Rachael Mariam, Butet Kertaredjasa dan Rieke Dyah Pitaloka Memang anggota Mandiri itu-itu juga. Yanto Kribo, misalnya sudah ikut Mandiri sejak 1974. Dalam pertunjukan War di Taipeh, seorang Professor bertanya, mengapa Mandiri tidak melakukan kaderisasi dan mempergunakan pemain-pemain muda. Putu menjawab “Pertanyaan Anda seperti mau mengatakan bahwa umur adalah ukuran kekuatan. Orang-orang yang berumur ini jauh lebih kuat sekarang dibandingkan dengan ketika mereka pertama kali ikut saya. Kribo sekarang jauh lebih tangguh dari Kribo 30 tahun lalu! Di samping itu saya memang tidak memaksakan kaderisasi, karena itu tidak tak ada gunanya. Ini orang-orang datang sendiri pada saya dan pergi sendiri kalau mereka tidak butuh. Memang tidak banyak yang tertarik pada teater seperti Teater Mandiri. Kalau nanti benar-benar tidak ada lagi, ya apa boleh buat, saya akan main sendiri.” Sejak pementasan ZAT pada tahun 1982, Teater Mandiri selalu didampingi Harry Roesly dan DKSB untuk musik. Harry Roesly sangat cocok dengan Putu. Seringkali tidak diperlukan latihan, langusng saja main. Kadang-kadang Harry menganggap gambar-gambar di pentas sebagai partitur dan sebaliknya sering Putu menganggap musik Harry Roesly sebagai naskah. Duo ini berkelanjutan sampai pertunujukan WAR 2004, karena kemdian Harry Roesly mendahului. Sampai sekarang Teater Mandiri belum mendapatkan gantinya. Satu lagi pendukung setia Teater Mandiri adalah Rudjito. Penata artistik ini selalu berproses selama pertunjukan, sehingga “set” baru rampung sesudah pertunjukan berakhir. Pernah dalam pertunjukan DOR di Teater Arena, 2 hari sebelum pertunjukan, Rujito minta supaya set dibalik. Di dalam hati Putu marah sekali. Sebagai pemain utama yang memainkan peran Hakim, Putu jadi terpaksa membelakangi penonton terus-menerus. Tetapi karena merasa tertantang, Putu menyambut tantangan itu. Nyatanya memang lebih bagus. Tantangan bagi Teater Mandiri memang buka halangan, tetapi kesempatan. Kendala bukannya menghambat, tetapi justru memberikan inspirasi untuk meloncat lebih tinggi sehingga menghasilkan surprise. Karena itu dalam masa penih kekangan di masa lalu, teater Mandiri tidak pernah merasa kebebasannya dipasung. Di mana ada halangan atau penindasan di situ ada pelung untuk berkelit. Teater Mandiri percaya, di setiap kegagalan selalu bersembumnyi janji asal berani dan mau meraihnya. Pada 10 Juni Teater Mandiri akan berangkat ke Praha memainkan ZERO. Kemudian akan dilanjutkan dengan pertunjukan di Bratislava. Sebelum itu untuk uji coba, Teater Mandiri akan main di STSI Bandung pada 1 Juni dan GKJ pada 7 Juni. Berikut ini program kerja pelatihan dasar Teater yang menumpu pada aspek praktis, yang dapat dilaksanakan selama 20 pertemuan. Unsur-unsur penting dalam pembentukan peran menjadi hal pokok yang harus diutamakan. Dulce et Utile, program pelatihan ini seyogyanya dilaksanakan dengan suasana yang rileks, menyenangkan, dan membuka peluang yang selebar-lebarnya bagi pelatih/instruktur, peserta, dan unsur-unsur pendukung lainnya untuk bereksperimen, berekplorasi, sampai menemukan hakekat pemeranan yang sebenarnya. PROGRAM KERJA EKSTRA & KOKURIKULER PELATIHAN TEATER NO Jenis Kegiatan Materi Kegiatan Pertm. Ketr 1 Pengantar Umum a. Dramaturgi b. Trilogi Drama c. Unsur-unsur Drama d. Proses Pembentukan dan Penggarapan I 2 X 60 menit 2 Pelatihan Dasar I a. Konsentrasi b. Pernafasan c. Vokal d. Dialog II 2 X 60 menit 3 Pelatihan Dasar II a. Mimik dan pantomimik b. Ekspresi c. Pengembangan dialog III 2 X 60 menit 4 Pelatihan Dasar III Suara dan Ucapan a. Penampilan suara b. Letupan suara c. Diksi d. Tekanan e. Bangun ucapan IV dan V 2 X 120 menit 5 Pelatihan Dasar IV Karakterisasi VI 2 X 60 menit 6 Pelatihan Dasar V Pengembangan Karakter 1 VII 2 X 60 menit 7 Pelatihan Dasar VI Pengembangan Karakter 2 VIII 2 X 60 menit 8 Pelatihan Dasar VII Movement 1 a. Jenis Movement b. Tekanan dan Kekuatan c. Akhir Movement IX 2 X 60 menit 9 Pelatihan Dasar VIII Movement 2 d. Panjang Movement e. Patokan Movement X 2 X 60 menit 10 Pelatihan Dasar IX Blocking XI 2 X 60 menit 11 Pelatihan Dasar X Akting dasar 1 a. Motivasi b. Focus of interest c. Over-acting XII 2 X 60 menit 12 Pelatihan Dasar XI Akting dasar 2 d. Gestrure e. Business f. Ekspresi wajah g. Keterampilan kaki XIII 2 X 60 menit 13 Pelatihan Dasar XII Tata dan teknik pementasan a. Jenis dan bentuk panggung b. Batasan-batasan panggung c. Pengaturan panggung d. Blocking panggung XIV 2 X 60 menit 14 Evaluasi Evaluasi kemampuan praktis peserta XV 2 X 60 menit Individu maupun kelompok 15 Pelatihan Pengembangan 1 Aktor a. Teknik b. Penciptaan tokoh c. Delapan langkah aktor XVI 2 X 60 menit 16 Pelatihan Pengembangan 2 Penyutradaraan a. Siapakah Sutradara b. Tugas-tugas Sutradara c. Teknik penyutradaraan drama konvensional XVII 2 X 60 menit 17 Pelatihan Pengembangan 3 Kolektivitas a. Drama sebagai seni kolektif a. Teknik pengembangan kelompok XVIII 2 X 60 menit 18 Pementasan Catatan Program kerja pelatihan dasar Drama tersebut di atas dilaksanakan efektif dalam satu semester, dan dilaksanakan minimal 1 X dalam satu minggu Program tersebut dilaksanakan dengan ratio; praktik langsung sebanyak 80% dan teori 20 % Keberhasilan diukur melalui kedisiplinan berlatih, tingkat ketrampilan dan praktik individual yang diperoleh, serta kerjasama kelompok. Evaluasi dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung dan melalui uji coba pemeranan baik individu maupun kelompok. Kesuksesan program tersebut bergantung pada keseriusan peserta dalam berlatih, kemampuan pelatih, dan dukungan dari berbagai pihak Sabtu, 23 Januari 2010 Sebagai media visual yang berupaya menghadirkan latar atau setting tempat dimana adegan berlangsung, Artistic panggung berupa setting atau dekorasi ditempatkan untuk menghidupkan suasana dan peristiwa bagi proses dramatik pada sebuah lakon. Artistic panggung yang tepat adalah ketika set keseluruhan panggung dapat menciptakan ruangan dan atmosfir yang sesuai dengan ide atau konsep garapan pementasannya. Oleh karena itu, seorang penata panggung harus mengetahui detil konsep yang diinginkan sutradaranya hingga apa yang ada dalam bayangan sutradara secara bentuk dapat divisualisasikan dan menjadi daya stimulus pula bagi pemain untuk memperkuat perannya. Artistic panggung memperhitungkan juga bagaimana jarak pandang penonton sebagai penikmat agar keseluruhan pengadeganan dapat dilihat secara utuh, maka pertimbangan beberapa hal tentang komposisi panggung harus diperhitungkan terlebih dahulu oleh seorang penata panggung, yaitu mengenai • Perspektip ruang, Penentuan komposisi perspektip ruang berguna untuk memberikan kesan meruang bagi sudut pandang tempat. Ini menjadi penting agar penempatan setting dapat diposisikan dengan tepat. • Warna dan garis/gradasi, pemilihan warna yang mencolok dan garis/gradasi yang tegas menjadi kecendrungan dalam pentas agar penonton dapat melihat dengan jelas. • Volume dan aksentuasi. Pertimbangan volume dimaksudkan disini agar hadirnya benda-benda artistik seimbang dengan besar kecilnya ukuran panggung demi menghindari kesan sumpek dan mubadzir. Maka pemilihan benda dapat dipilah sesuai fungsi dan kebutuhan panggungnya. Dan melalui aksentuasi, penampilan sebuah suasana ruang dapat dimunculkan dengan memberi tekanan pada satu sisi yang dibuat lebih menonjol untuk memfokuskan kesan atau nuansa apa yang ingin di hadirkan. Ketika seorang penata panggung mulai bekerja dan telah mengetahui bentuk panggung yang akan digunakan, maka kemudian ia boleh mulai mempersiapkan rancangan gambar berupa sketsa ataupun membuat maket/miniature artistic sebagai acuan dan bahan presentasi untuk menyusun petunjuk teknis pelaksanaan operasional konstruksi artistik, proses kerja teknis, spesifikasi pengerjaan dan bahan-bahan kerjanya. Bentuk-bentuk panggung teater umumnya terbagi menjadi tiga bentukan, yaitu 1. Panggung proscenium, ialah bentuk panggung dimana terdapat sekat yang menutup areal belakang panggung dan posisi penonton berhadapan dengan wilayah depan panggung. Bentuk panggung semacam ini yang biasa kita temui pada setiap pementasan baik teater maupun musik. 2. Panggung arena, ialah bentuk panggung melingkar atau semacamnya dimana posisi penonton mengitari wilayah panggung. Contohnya adalah panggung lenong betawi. 3. Bentuk ketiga adalah panggung campuran antara proscenium dan arena disebut juga tapal kuda. Contohnya panggung peragaan busana. Jumat, 22 Januari 2010 Materi 1 Sejarah Drama di Dunia 1. Pendahuluan Latar Belakang Drama terlebih dahulu berkembang di dunia barat yang disebut drama klasik pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani maupun Romawi banyak sekali yang bersifat abadi, terkenal sampai kini. Semua ini sekedar informasi untuk memperluas pengetahuan kita di Indonesia khususnya mahasiswa tentang perkembangan drama di luar Indonesia. Masalah Perkembangan drama dari tahun ke tahun terus berkembang, maka dari itu perkembangan drama perlu diteliti sejarah dan asal mula terbentuknya drama. Tujuan 1. Agar dapat mengetahui dan memahami sejarah dan asal usul drama. 2. Memudahkan kita dalam mempelajari sejarah drama di dunia. 2. Sejarah Drama di Dunia Drama Klasik Yang disebut drama klasik adalah drama yang hidup pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani maupun Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi, terkenal sampai kini. a. Zaman Yunani. Asal mula drama adalah Kulrus Dyonisius. Pada waktu itu drama dikaitkan dengan upacara penyembahan kepada Dewa Domba/Lembu. Sebelum pementasan drama, dilakukan upacara korban domba/lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang disebut “tragedi”. Dalam perkembangannya, Dyonisius yang tadinya berupa dewa berwujud binatang, berubah menjadi manusia, dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan. Komedi sebagai lawan dari kata tragedi, pada zaman Yunani Kuno merupakan karikatur terhadap cerita duka dengan tujuan menyindir penderitaan hidup manusia. Ada 3 tokoh Yunani yang terkenal, yaitu Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat relatif. Karya karya seni dipandanganya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi itu menurut Plato bukan demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang terkenal adalah The Republic. Aristoteles juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya sebagai imitasi kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebijakan dalam dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak yang menentu. Sophocles adalah tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karya yang merupakan tragedi, bersifat abadi, dan temanya Relevan sampai saat ini. Dramanya itu adalah “Oedipus Sang Raja”, “Oedipus di Kolonus”, dan “Antigone”. Tragedi tentang nasib manusia yang mengenaskan. Tokoh Lain yang dipandang tokoh pemula drama Yunani adalah Aeschylus, dengan karya-karyanya “Agamenon”, “The Choephori”, “The Eumides”. Euripides yang hidup antara 485-306 SM, merupakan tokoh tragedi, seperti halnya Aeschylus. Karya-karya Euripides adalah Electra, Medea, Hippolytus, The Troyan Woman dan Iphigenia in Aulis. Jika Aeschylus, Sophocles, dan Euripides merupakan tokoh strategi, maka dalam hal komedi ini mengenal tokoh Aristophanes. Karya-karyanya adalah The Frogs, The Waps, dan The Clouds. Bentuk Stragedi Klasik, dengan ciri-ciri tragedi Yunani adalah sebagai berikut 1. Lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh utama atau tokoh protagonis. 2. Lamanya Lakon kurang dari satu jam. 3. Koor sebagai selingan dan pengiring sangat berperan berupa nyanyian rakyat atau pujian. 4. Tujuan pementasan sebagai Katarsis atau penyuci jiwa melalui kasih dan rasa takut. 5. Lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian, yang diselingi Koor stasima. Kelompok Koor biasanya keluar paling akhir exodus. 6. Menggunakan Prolog yang cukup panjang. Bentuk pentas pada zaman Yunani berupa pentas terbuka yang berada di ketinggian. Dikelilingi tempat duduk penonton yang melingkari bukit, tempat pentas berada di tengah-tengah. Drama Yunani merupakan ekspresi religius dalam upacara yang bersifat religius pula. Bentuk Komedi, dengan ciri-ciri sebagai berikut 1. Komedi tidak mengikuti satire individu maupun satire politis. 2. Peranan aktor dalam komedi tidak begitu menonjol; 3. Kisah lakon dititikberatkan pada kisah cinta, yaitu pengejaran gadis oleh pria yang cintanya ditolak orang tua/famili sang gadis. 4. Tidak digunakan Stock character, yang biasanya memberikan kejutan. 5. Lakon menunjukan ciri kebijaksanaan, karena pengarangnya melarat dan menderita, tetapi kadang-kadang juga berisi sindiran dan sikap yang pasrah. b. Zaman Romawi Terdapat tiga tokoh drama Romawi Kuno, Yaitu Plutus, Terence atau Publius Terence Afer, dan Lucius Senece. Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat religius, lama-kelamaan bersifat mencari uang show biz. Bentuk pentas lebih megah dari zaman Yunani. Teater Abad Pertengahan Pengaruh Gereja Khatolik atas drama sangat besar pada zaman Pertengahan ini. Dalam pementasan ada nyanyian yang dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan Koor. Kemudian ada pelanggan “Pasio” seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah sampai saat ini.’ Ciri-ciri khas theater abad Pertengahan, adalah sebagai berikut 1. Pentas Kereta. 2. Dekor bersifat sederhana dan simbolik. 3. Pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama modern. Zaman Italia Istilah yang populer dalam zaman Italia adalah Comedia Del’arie yang bersumber dari komedi Yunani. Tokoh-tokohnya antara lain Date, dengan karya-karyanya The Divina Comedy Torquato Tasso dengan karyanya drama-drama liturgis dan pastoral dan Niccolo Machiavelli dengan karya-karyanya Mandrake. Ciri-ciri drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut a. Improvitoris atau tanpa naskah. b. Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru kemudian pemain berimprovisasi bandingkan teater tradisional di Indonesia. c. Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan. d. Gejala akting pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan. Zaman Elizabeth Pada awal pemerintahan Ratu Elizabeth I di Inggris 1558-1603, drama berkembang dengan sangat pesatnya. Teater-teater didirikan sendiri atas prakarsa sang ratu. Shakespeare, tokoh drama abadi adalah tokoh yang hidup pada zaman Elizabeth. Ciri-ciri naskah zaman Elizabeth, adalah a. Naskah Puitis. b. Dialognya panjang-panjang. c. Penyusunan naskah lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada. d. Lakon bersifat simultan, berganda dan rangkap. e. Campuran antara drama dengan humor. Perancis Molere dan Neoklasikisme Tokoh-tokoh drama di Prancis antara lain Pierre Corneile 1606-1684, dengan karya-karya Melite, Le Cid, Jean Racine 1639-1699, dengan karya Phedra. Jerman Zaman Romantik Tokoh-tokoh antara lain Gotthold Ephrairn Lessing 1729-1781, dengan karya Emilla Galott, Miss Sara Sampson, dan Nathan der Weise, Wolfg Von Goethe 1749-1832, dengan karya Faust, yang difilmkan menjadi Faust and the Devil, Christhoper Frederich von Schiller 1759-1805, dengan karya The Robbers, Love and Intrigue, Wallenstein, dan beberapa adaptasi dan Shakespeare. Drama Modern a. Norwegia Ibsen Tokoh paling terkemuka dalam perkembangan drama di Norwegia adalah Henrik Ibsen 1828-1906. Karya Ibsen yang paling terkenal dan banyak dipentaskan di Indonesia adalah “Nova”, saduran dari terjemahan Armyn Pane “Ratna”. Karya-karya Ibsen adalah Love’s Comedy, The Pretenders, Brand dan Peer Gynt drama puitis, A Doll House, An Emeyn of the people, The Wild Duck, Hedda Gabler, dan Rosmersholm. b. Swedia August Strinberg Tokoh drama paling terkenal di swedia adalah Strindberg 1849-1912. Karya-karya drama yang bersifat historis dari Strindberg di antaranya adalah Saga of the Folkum dan The Pretenders, Miss Julia dan The Father adalah drama naturalis. Drama penting yang bersifat ekspresionitis adalah A Dream Play, The Dance of Death, dan The Spook Sonata. c. Inggris Bernard Shaw dan Drama Modern. Tokoh drama modern Inggris yang terpenting setelah Shakespeare adalah George Bernard Shaw 1856-1950. Ia dipandang sebagai penulis lakon terbesar dan penulis terbesar pada abad Modern. d. Irlandia Yeats sampai O’Casey Tokoh penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang merupakan pemimpin kelompok sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean O’Casey 1884 dengan karyanya The Shadow of a Gunman, Juno and the Paycock, The Plough and the Start, The Silver Tassie, Withim the Gates, dan The Start Turns Red. Tokoh lainya adalah John Millington Synge 1871-1909 dengan karya-karya Riders to the Sea, dan The Playboy of the Western World. Synge merupakan pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater menjadi penting disana. e. Perancis dari Zola sampai Sartre Dua tokoh drama terkemuka di Prancis adalah Emile Zola 1840-1902 dan Jean Paul Sartre 1905. f. Jerman dan Eropa Tengah dari Hauptman sampai Brecht Banyak sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern Tokoh seperti Hebble dan temannya telah mempelopori a1iran Realisme. Pengarang Naturalis yang terkenal adalah Gerhart Huptman 1862-1945 dan Aflhur Schnitzler 1862-19310. g. Italia dari Goldoni sampai Pirandillo Setalah zaman resenaissance, karya-karya drama banyak berupa opera disamping comedia dell’arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni 1707-1793 dengan karya Mistress of the Inn. Gabrille D’Annunzio 1863-1938 dan Luigi Pirandello 1867-1936. h. Spanyol dari Benavente ke Lorca Bagi Spanyol, abad XX dipandang sebagai abad kebangkitan dromatic spirit. Tokohnya antara lain Jacinto Benavente 1866-1954 yang pernah mendapat hadiah Nobel 1922. Sezaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez Sierra 1881-1947 dengan karyanya The Cradle Song. Pengarang paling penting pada zaman modern di Spanyol adalah penyair dan penulis drama Federico Garcia Lorco 1889-1936. i. Rusia dari Pushkin ke Andreyev Tzarina Katerin Agung dipandang sebagai pengembangan drama di Rusia. Pengarang pertama yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin 1799-1837 dengan karyanya Boris Godunov, sebuah tragedi historis. j. Amerika Golfrey sampai Miller Pengarang drama yang penting di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan karyanya The Princes of Parthic 1767. Sejak adanya Broadway sebagai pusat teater, perkembangan teater di Amerika sangat pesat. Tokoh-tokohnya antara lain Eugne Gladstone O’Neill 1888-1953. Tokoh drama lainya Maxwell Anderson 188-1959. Dengan karyanya Elizabeth the Queen, Mary of Scotland, dan Anne of Thousand Days. Juga Winterset, What Price Glory, Both Your houses dan High Tor. Thornton Wulder 1897- ..... dengan karyanya Our Town, The Skin of Our Theeth, dan The Matchmake, Elmer Rice 1892-...., karyanya Street Scene mendapat hadiah Pulitzer, The Adding Machine, dan Dream Girl. Beberapa pengarang lain diantaranya Clifford Odets yang dikenal dengan protes sosialnya, Tennesse Williams dan Arthur Miller, Odets 1906-…... antara lain mengarang Waiting-for Lefty, Golden Boy, Awake and Sing, The country Girl, dan The Flowering Peach. Pengikut Odets sebagai pengarang protes social adalah Lilian Heilman Saroyan 1905-….. Yang dikenal sebagai pengarang masa kini di antaranya adalah Tennesse Williams 1914-.…. Arthur Miller 1915-…. dan William Inge. Pengarang lainnya adalah Robert Anderson karyanya Tea and Shympathy, All Summer Long, an Silent Night, Lonely Night. William Gibson Karyanya Two for the Seesaw dan The Miracle Worker. Brooks Atkinson karyanya The New York Times. Drama Komedi musikal juga berkembang di Amerika, misalnya A Trip to Chinatown oleh Charles Hoyt, Forty Five Minutes from Broadway oleh George M. Cohan, Of There I Song karya George S. 3. Penutup Kesimpulan Sejarah perkembangan didunia ini dimulai dari dunia barat. Drama Klasik adalah drama pada zaman Yunani dan Romawi sedangkan drama modern adalah drama yang melanjutkan kejayaan tradisi pementasan dan penulisan drama yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno. Saran Kami sebagai mahasiswa/mahasiswi Univ. PGRI Palembang hanya mengharapkan agar guru bidang studi teori drama bisa membimbing kami sampai kami betul-betul paham dan mengerti tentang pemahaman drama tersebut. Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua khusunya rekan-rekan mahasiswa. Materi 2 Perkembangan Teater di Indonesia a. Teater Tradisional Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional, sebagai lawan dari teater modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah bersifat improvisasi. Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang tampat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didearah – daerah di seluruh Indonesia . Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut 1981 113-131.. 1. Teater Rakyat Sifat teater rakyat seperti halnya teater tradisional, yaitu improvisasi sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contoh – contoh teater rakyat adalah sebagai berikut. - Makyong dan Mendu di daerah Riau dan Kalimantan Barat. - Randai dan Bakaba di Sumatera Barat. - Mamanda dan Berpandung di Kalimantan Selatan. - Arja, Topeng Prembon, dan Cepung di Bali. - Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling, dan Ketuk Tilu dari Jawa Barat. - Ketroprak, Srandul, Jemblung, Gataloco di Jawa Tengah. - Kentrung, Ludruk, Ketroprak, Topeng Dalang, Reyong, dan Jemblung di Jawa Timur Reyong yang biasanya hanya tarian itu ternyata sering berteater juga. - Cekepung di Lombok. - Dermuluk disematera Selatan dan Sinlirik di Sulawesi Selatan. - Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi di Jakarta dan sebagainya. - Randai di Sumatera Barat. 2. Teater Klasik Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memandai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat penontonnya. Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerjaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contoh – contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, dan Wayang Golek. Ceritanya statis, tetapi memilki daya tarik berkat kreativitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupakan lakon. 3. Teater Transisi Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komidi Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater transisi. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan property lain menggunakan teknik Barat. b. Abdul Muluk. Grup teater ini merupakan awal grup teater yang meninggalakan ciri – cirri tradisional, misalnya sebagai berikut. 1. Tidak lagi bersifat improvisasi, tetapi naskah sudah mulai membagi peran. 2. Tidak lagi mengandalkan segi tari dan lagu. 3. Struktur lakonnya tidak lagi statis, tetapi disesuaikan dengan perkembangan lakon atau cerita sastra. c. Komedi Stambul. Lahir pada tahun 1891 dan didirikan oleh August Mahieu. Menampilkan lagu-lagu Melayu, maka komedi stambul disebut pula opera Melayu. Cerita yang ditunjukan sudah merupakan cerita yang bervariasi, seperti “ 1001 Malam”, “ Nyai Dasima”, “Oey Tam Bah Sia”, “ Si Conat”, “Halmet”, “Saudager Venesia”, “Penganten Di Sorga”, “De Roos Van Serang”, “Annie Van Mendut”, “Lily van Cikampek”, dan sebagainya. d. Dardanella. Didirikan oleh Willy Klimanoff yang kemudian mengganti namanya dengan A. Piedro. Tanggal 21 juni 1926 didirikan The Malay Opera Dardanella. Dalam teater ini, tidak lagi ada nyanyian. Lakon – lakon diambil dari Indische Roman. Pemain yang masih dikenal hingga kini, misalnya Tan Ceng Bok, Devi Ja, Fifi Young, Pak Kuncung, dan sebagainya. Cerita yang dipentaskan dapat diklasifikasi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. 1. Cerita dari kisah 1001 Malam missal”Ali Baba”, “Aladin”, “Nur Cahaya”, “Abu Hasan”, “Nur Tuhan”, dan sebagainya, 2. Cerita dari film popular saat itu missal”The Merry Widow”, “The Three Musketeer”, “Zorro”, “The Son Of Zorro”, “Two Lovers”, “Dougles Fairbank”, dn sebagainya, 3. Cerita lama yang terkenal misal “Roses Of Zorro”, “Vera”, “Graff de Monte Cristo”, 4. Cerita yang tergolong Indische Roman misal “De Ross van Serang”, “Perantaian 99”, “Annie van Mendut”, “Lily van Cikampek”, dan sebagainya. e. Maya Timbulnya teater Maya dipengaruhi oleh saudagar-saudagar Cina yang gemar akan teater. Maya dipimpin oleh Usmar Ismail. Bersama itu, muncul pula Cahaya Timur yang dipimpin Anjar Asmara. Berkat pengaruh pendidikan barat, banyak karya asli yang dihasilkan. Maya banyak mementaskan karya-karya pengarang Indonesia . Hal ini juga berkat kemajuan dokumentasi Pusat Kebudayaan Jepang di Indonesia saat itu Keimin Bunka Sidosho. Di samping hal tersebut, tampaknya peran sutradara sudah sangat penting. Naskah – naskah mengambil dari bumi Indonesia , meskipun masih meneladan pentas dunia Barat. f. Cine Drama Institut Lahir di Yogya tahun 1948 dan merupakan embrio bagi ASDRAFI Akademi Seni Drama dan Film dengan pusatnya di Yogyakarta . Banyak tokoh Yogyakarta yang mengembangkan teater seperti Kirdjomuljo, Rendra, Soebagio Sastrowardojo, Dokter Hoejoeng, Harymawan, Sri Moertono, dan sebagainya. Pantas dicatat pula, bahwa di Bogor juga bangkit kegiatan teater sekitar tahun 1950-an dengan teaternya bernama Teater Bogor. Di Surabaya juga muncul binatang Surabaya Film Co, sedangkan di Jakarta muncul Akademi Teater Nasional Indonesia 1955 yang seperti halnya ASDRAFI banyak melahirkan tokoh-tokoh teater masa kini. Kemudian muncul pula studi Grup Drama Yogya Pimpinan Rendra, Federasi Teater Kota Bogor pimpinan Taufiq Ismail, Himpunan Seniman Budayawan Islam pimpinan Junan Helmy Nasution dan Taeter Muslim di Yogya Dipimpin oleh Muhamad Diponogoro. g. Zaman Kemajuan Dunia Teater Sejak tahun 1968, yaitu Rendra pulang dari Amerika dan mendirikan Bengkel Teater di Yogya, maka mulailah zaman kemajuan dunia teater. Berdirinya Taman Ismail Marzuki sebagai ajang kreativitas para seniman termasuk juga dramawan, kiranya menambah kemajuan dunia teater. Jika Yogya adalah tempat penggembelang para calon dramawan, maka Jakarta adalah tempat di mana mereka berlaga. Tidak bisa dipungkiri, dalam hal demikian, peranan Taman Ismail Marzuki tidak sedikit. Banyak dramawan diwisuda melalui pementasan rutin disana. 1. Bengkel Teater Rendra Grup teater ini didirikan Rendra dikampung ketanggunan Yogyakarta , pada tahun 1968. Pementasan – pementasan drama yang melakukan selalu mendapatkan sambutan hangat dari penonton. Pementasannya seolah menjadi peta teater ditanah air. Ia seorang dramawan besar. Kebesarannya terbukti dengan penghargaan dari pemerintah berupa anugerah seni tahun 1975. ia juga mendapatkan hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta, kesenian Jakarta , Karena lima tahun berturut-turut telah membina drama. Kelebihan – kelebihan teater Rendra yang sulit dimiliki teater lainya, diantaranya adalah sebagai berikut. - Popularitas Rendra, ia sebagai sutradara yang baik, penyiar, aktor, dan juga penyusun naskah drama. - Penyutradaraan yang baik. Sebagai sutradara, Rendra dipandang sebagai salah seorang dari beberapa gelintir sutradara terbaik negeri ini. - Daya kreativitas Rendra cukup tinggi ia tidak menggunakan konsep yang statis dalam penyutradaraan. Pada setiap pementasan ada unsur baru. - Rendra adalah aktor yang baik. Dalam setiap pementasan, Rendra selalu ikut main dan bahkan menjadi pelaku utama. - Memilih naskah yang bermutu. Rendra sendiri pandai menerjemahkan naskah drama dari bahasa asing, maka ia dapat memilih naskah yang bermutu. 2. Teater Populer Nama besar lain dalam dunia penyutradaraan teater, adalah Teguh Karya, dengna kelompoknya yang bernama Teater Populer HI, karena secara rutin berpentas di Hotel Indonesia, kemudian disebut Teater Populer saja. Kubunya menghasilkan nama-nama besar dalam dunia Teater dan film. Pemborong-pemborong piala citra, banyak dihasilkan dari kelompok teater popular ini. Kita kenal Slamet Rahardjo, El Malik, Christine Hakim, N. Riantiarno, Sayanglah bahwa akhir-akhir ini teaternya teguh Karya lebih berorientasi ke film, sehingga pementasan teaternya yang sring dijadikan tolok ukur peta kemajuan teater Indonesia tidak depat kita lihat. 3.. Teater Kecil Pada masa kejayaannya, di Indonesia pernah terdapat tiga grup teater yang besar, yaitu Bengkel Teater, Teater Populer, dan Teater kecil. Teater Kecil dipimpin oleh Arifin C. Noer. Melebihin kedua tokoh lainnya, Arifin adalah penulis naskah yang produktif. Naskahnya dipandang memiliki warna Indonesia . Penulis dari cirebon ini, sering memasukan unsur kesenian daerahnya keadalam teater yang ditulis/ dipentaskannya. 4. Teater Koma Teater berwibawa yang akhir-akhir ini belum terjun kedunia film dalam arti sepenuhnya adalah Teater Koma yang dipimpin oleh Nano Riantiarno. Ia adalah penulis naskah drama yang kuat, dan sutradara yang potensial setelah surutnya generasi Teguh Karya, Arifin, dan “Opera Ikan Asin” dan “Opera Kecoa”, yang berbicara tentang rakyat jelatan. 5. Teater Mandiri Hampir seluruh pementasan Teater Mandiri adalah karya pimpinannya sendiri, yaitu putu Widjaya. Darmawan dari Bali yang juga sarjana hokum dari Universitas Gadjah Mada, serta bekas anak buah Rendra ini termasuk penulis drama ulung. Drama-dramanya yang akhir-akhir ini banyak kali ditulis dan dipentaskan mendapat warna kuat dari “Menunggu Godot” yang pernah dipentaskan bersama Rendra di Bengkel Teater, yaitu kisah penantian terhadap datangnya suatu kebahagiaan yang selalu tercipta. 6. Bengkel Muda Surabaya Grup teater pimpinan Akudiat dari Surabaya ini terkenal karena rombongan kentrungnya. Drama kentrung Akudiat tersebut hanyalah dalam arti adanya iringan kentrung dalam pementasannya. Lakonya menggingatkan kita pada bentuk Seniaman Sintingnya Majuki. 7. Teater Lain Disamping teater – teater yang sudah disebutkan didepan, banyak teater lainya yang disebut tangguh dan menyemarakkan dunia drama di Indonesia akhir-akhir ini, antara lain Teater Keliling pimpinan Rudolf Puspa dan Derry Sirna; Teater Dinasti pimpinan Emha Ainun Najib; Study Teater Bandung pimpinan Suyatna Anirun; Teater Padang pimpinan Wirsan Hadi; Teater Dewan Keseniana Ujung padang pimpinan Rahmat Age, dan sebagainya. 8. Kecendrungan Mutakhir Ada beberapa kecendrungan Mutakhir drama di Indonesia , yaitu Drama Eksperimental seperti karya Rendra berikut ini. a. Drama Non-Konvensional, seperti karya Akhdiat dan Putu Widjaya b. Drama Absurd, seperti karya-karya Iwan Simatupang dan Arifin C. Noer. c.. Eksistensialisme, seperti karya-karya Iwan Simatupang, Arifin C. Noer, dan Putu Widjaya. d. Kehidupan Gelandangan, seperti karya Iwan Simatupang dan Arifin C. Noer. e. Teater Lingkungan dan Warna Daerah, seperti karyaAkhudiat yang memadukan teater modern denga kentrung Bengkel Muda Surabaya; Wirsan Hadi yang mengetegahkan cirri dari teater tradisional Minangkabau; Teater Jeprik Yogya yang memasukkan tarian ketropak dan gamelan Jawa Dalam teater lingkungan yang diekspresikan f. Kritik sosial, baik yang keras seperti karya-karya Rendra. Ataupun yang halus seperti karya-karya N. Riantiano akhir-akhir ini. a. W. S. Rendra Sudah sejak sebelum studi di American Academy of Dramatical Art AADA, rendra sudah menunjukan potensinya yang besar dalam dunia teater drama. Sepulangnya dari Amerika Serikat pada tahun 1967, potensinya dalam bidang teater lebih mantap Sekitar tahun 1968 didirikanya “Bengkel Teater” yang secara berturut-turut dan terus-menerus menghasilkan drama-drama bermutu. b. Arifin C. Noer Dari Arifin C. Noer kita memperoleh dua lakon yang mewakili cirri-ciri kemutakhiran, yaitu “Mega-mega” dan “Kapai-kapai”. Kedua drama ini berbicara tentang orang-orang terpencil, tersisa, atau orang papa. Akan tetapi keduanya juga berbicara tentang harapan. Bahwa dia dalam kehidupan yang papa, manusia selalu mempunyai harapan, yang datangnya dari kekuasaan di atas manusia. c. Iwan Simatupang Puncak absurditas kehidupan dan filsafat eksistensialisme dalam drama kiranya dapat kita hayati lewat drama Iwan Simatupang yang berjudul “ Taman ”. Tokoh-tokoh dalam drama “ Taman ” adalah manusia – manusia yang mencoba menyadari eksistensimya. Justru dengan kesadaran itu, mereka merasa bahwa kehidupan ini absurd. OT dan LSB menunjukan perdebatan konyol untuk membuktikan bahwa orang itu memiliki eksistensi yang berbeda. Demikian juga perjumpaan antara PB dengan wanita telah menghasilkan konflik karena mereka masing-masing menyadari eksistensinya. d. Putu Widjaya Putu Widjaya banyak mengadakan eksperimen dengan tokoh-tokoh drama yang tidak menunjukan identitas individual. Drama-dramanya disamping dengan tokoh-tokoh yang non-konvensional juga menunjukan sifat abstrak sukar dipahami. Judul-judul dramanya begitu singkat. Misalnya “Bom”, “Tai”, “Aduh”, “Sssst”, “Gress”, dan sebagainya. Drama-drama pintu oleh Goenawan Moehammad dinyatakan sebagai drama yang tumbuh dari penggalaman yang konkrit, artinya dalam menulis lakon-lakon itu, Putu membekali dirinya dengan pengalaman. e. Akhudiat Parodi dan Kentrung Warna daerah dihidupkan kembali lewat tangan Akhudiat dalam dramanya “Joko Tarub”. Sifat kedaerahan Joko tarub diberi bumbu penyedap supaya cocok dengan selerah masa kini. Atavisme yang muncul diberi warna baru, sehingga terjadi dekontruksionisme terhadap tokoh-tokohnya. Joko tarub dan Nawang Wulan tidak seperti yang digambarkan dalam mitos-mitos lama di jawa. Kecendrungan semacam itu kiranya banyak muncul pada dekade terakhir perkembangan drama di Indonesia . f. Riantiarno Penampilan Kehidupan Kumuh Di depan penulis sering kali menyebut-nyebut nama Riantiarno sebagai dermawan besar saat ini. Ia banyak menyebutkan kehidupan kumuh. Bukan kehidupan orang gelandangan seperti karya-karya Arifin C. Noer, akan tetapi kehidupan rakyat jembel dengan problemanya dan Riantiarno mencoba menjawab problem ini. Tanpa malu-malu dan ini dapat disebut kebangkitan teater Indonesia modern, Nano melukiskan kehidupan homoseksual dikota metropolitan antara Roima dengan Yulimi. g. Kritik Sosial Baik karya Rendra, Arifin, Putu, maupun Riantiarno sebenarnya menampilkan kritik sosial. Hanya saja cara mereka menyampaikan kritik itu berbeda-beda. Akan tetapi cara memandang realitas adalah sama. Mereka berpandangan bahwa dalam masyarakat masih ada kepincangan. Ketidakadilan, penghisapan manusia atas manusia penyelewengan dari mereka yang harusnya menegakkan hukum dan keadilan, dan sebagainya. Dengan menggunakan gaya , simbol, dan bahasa mereka yang khas, mereka mengiginkan agar kita semua menjadi sadar akan kekurangan-kekurangan itu, dan kalau dapat berusaha turut memperbaikinya. Bukankah karya seni merupakan kekuatan moral? h. Eksperimen Sendiri Jika tadinya para drawaman senantiasa berkiblat berkiblat ke barat, maka pada periode mutakhir ini mereka mencoba mengadakan eksperimen sendiri. Meskipun bentuk eksperimennya masih kurang berani karena takut dicap kembali kesifat tradisional, akan tetapi kita harus mengakui bahwa bentuk-bentuk eksperimen itu menunjukan kreativitas mereka. Eksperimen yang cendrung berkembang adalah perpaduan antara teater modern dengan teater tradisional seperti yang dikemukakan Akhudiat, dan juga bentuk teater abstrak. Sebenarnya hal ini perlu koreksi lagi. Sebelum mengadakan eksperimen dan membuat yang abstrak, perlu dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan membuat bentuk drama yang biasa. i. Ali Shahab Teater September dibawah pimpinan Ali Shahab menunjukan suatu kecendrungan dari dalam dunia teater, yaitu masuknya unsur teknologi mutakhir dalam penggarapan drama, khususnya drama televise. Cerita yang hidup dikalangan rakyat digarap secara lebih modern, dengan teknik pemotretan yang cukup mutakhir, mengahsilkan suatu tontonan drama yang menarik. Dalam hal ini, teater September memadukan unsur dramaturgi dengan teknologi bidang elektronik. Dengan eksperimen-eksperimennya, Ali Shahab mencoba menjadikan teater sebagai tontonan yang memikat, menarik dan enak ditonton, bukannya tontonan yang sarat dengan filsafat dan pikiran muluk-muluk. j. Kecendrungan Lain Di berbagai kota, banyak darmawan muda yang masih memiliki idealisme tinggi meneruskan kegiatan berteater meskipun secara financial tidak menjanjikan perbaikan nasib di surakarta, kehidupan taman Budaya Surakarta TBS dimotori oleh dramawan –dramawan musa seperti Hanindrawan, Sosiawan Leak, dan dramawan-dramawan muda dari 9 fakultas di UNS, serta dari perguruan tinggi lain di surakarta Materi 3 Keaktoran 1. Pendahuluan Dalam bab sebelumnya kita telah membahas tentang sejarah drama di dunia dan perkembangan teater di Indonesia. Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dipentaskan di atas pentas. Melihat drama penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik kehidupan mereka sediri. Drama adalah potret kehidupan manusia, suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Dalam drama perlu adanya seorang aktor/aktris karena aktor/aktris dalam pementasan sebuah drama merupakan tulang punggung pementasan. Dengan aktor-aktris yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu, jika naskah baik dan sutradaranya cakap. Adapun pada makalah ini kita akan membicarakan tentang keaktoran/keaktrisan. 2. Keaktoran Persiapan Seorang Aktor Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuhnya sendiri, suaranya sendiri, dan jiwanya sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan penonton. Seorang aktor yang baik adalah seorang seniman yang mampu memanfaatkan potensi dirinya. Potensi itu dapat dirinci menjadi potensi tubuh, potensi driya, potensi akal, potensi hati, potensi imajinasi, potensi vokal, dan potensi jiwa. Kemapuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih. Pemilihan Peran Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting, yaitu sebagai berikut a. Casting by Ability pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon di samping persyaratan fisik dan psikologi juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafal dan daya tanggap yang cukup cepat. b. Casting to Type pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik sipemaian. Tokoh tua dibawkan oleh orang tua, tokoh pedagang dibawakan oleh orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya. c. Anty type Casting pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan. Sering pula disebut educational casting karena bermaksud mendidik seseiorang memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan wataknya sendiri dan ciri fisiknya sendiri. d. Casting to emotional temperament pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehisupan pribadi calon pemeran. Meraka yang memiliki banyak kecocokan denga peran yang dibawakan dalam hal emosi dan temperamennya, akan terpilih membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan memudahkan pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan cerita. Temperamen yang cocok akan membantu proses penghayatan diri peran yang dibawakan. e. Therapeutic Casting pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan temperamen pemeran bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang yang selalu ragu-ragu, harus berperan sebagai orang yang tegas, cepat memutuskan sesuatu. Seorang yang curang, memerankan tokoh yang jujur atau penjahat berperan sebagi polisi. Jika kelaianan jiwa cukup serius, maka bimbingan khusus sutradara akan membantu proses therapeutic itu. Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat, maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang berisi inventarisasi watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis maupun sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan begitu, dapat dipilih pemeran lakon dengan lebih cepat. Dalam pementasan, aktor-aktris harus ber-acting. Teknik berperan Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana ketrampilan seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan. Dalam berperan harus diperhatikan adanya hal-hal berikut ini 1. Kreasi yang di lakukan oleh aktor atau aktris. 2. Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar. 3. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan dari pementasan. 4. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan. Untuk berperan secara natural dan realisitis, diperlukan penghayatan untuk mendalam tentang tokoh yang diperankan itu. Dalam kaitan itu, gaya, tipe, dan jiwa permainan menentukan corak penghayatan peran. Teknik Berperan Menurut Rendra Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya yaitu a. Aktor bintang Aktor bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan oleh pemain-pemain kuat yng mengandalkan kecantikan, kemasyhuran, ketampanan atau kecantikan atau gaya tarik seksualnya. Jika yang dijadikan sumber gaya adalah aktor bukan bintang, maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton. b. Sutradara Sutradara sebagai sumber gaya artinya dengan kemampuan sutradara diharapakan pementasan akan berhasil. Penonton mengharap pertunjukkan drama yang bermutu. Dalam hal ini, penonoton mempercayakan nama sutradara sebagai jaminan mutu drama. c. Lingkungan Lingkungan sebagai sumber gaya artinya lingkungan pementasan dapat memungkinkan suksesnya pementasan. Jika kita mementaskan drama “Ken Arok dan Ken Dedes”, maka kehidupan pentas oleh dekorasi dan tata pentas yang menggambarkan secara nyata kerajaan Singasari dapat menjadi modal kesuksesan drama tersebut. d. Penulis Penulis sebagai sumber gaya berarti di tangan penulis yang hebat akan lahir naskah yang hebat pula yang mempunyai kemungkinan sukses jika dipentaskan. Di dalam berperan, imajinasi sangat penting karena dalam berperan, seorang aktor berpura-pura menjadi orang lain. Menghadirkan kepura-puraan menjadi realitas membutuhkan daya imajinasi. Aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh itu sebagai jiwanya sendiri, sehingga penonton yakin yang ada dipentas bukan diri sang aktor tetapi diri tokoh yang diperankan. Untuk mengembangkan pribadi, diperlukan daya kreativitas kemampuan untuk mencipta dan sikap fleksibel dapat menyesuaikan diri dimana saja berada. Teknik Berperan Menurut Edward A. Wright Menurut Edward A. Wright ada lima syarat yang harus dimiliki oleh seorang calon aktor, yaitu sebagai berikut 1. Sensitif Mudah memahami aktor yang akan diperankan. 2. Sensibel Sadar akan yang baik dan yang buruk. 3. Kualitas personal yang memadai 4. Daya imajinasi yang kuat 5. Stamina fisik dan mental yang baik. Kelima hal tersebut harus disertai lima macam daya kepekaan yaitu sebagai berikut a. Kepekaan mudah mengerti akan ekpresi mimik. b. Kepekaan terhadap suasana pentas. c. Kepekaan terhadap penonton. d. Kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran yang dibawakan tidak lebih dan tidak kurang Wright 131. Imajinasi dapat dikembangkan dengan kreasi-kreasi aktor yang sering tidak direncanakan sutradara. Pembawaan peran harus tepat agar penonton ikut terlibat dalam suasana pentas. Dalam suatu drama tidak boleh suatu masalah diterangkan secara panjang lebar sedang masalah lain tidak mendapat bagian. Proses Ber-acting Langkah-langkah dalam acting dapat dijelaskan sebagai berikut a. Latihan Acting Latihan acting dapat membentuk aktor sebagai impersonator, interpretator, komentator, dan sebagai personality actor. Aktor sebagai impersenator artinya aktor menyerahkan diri sepenuhnya sebagai memasuki peran yang dibawakan. Setiap peran dianggap sebagai dirinya sendiri. Dalam interpretator dan komentator, aktor tidak sepenuhnya memasuki peran yang dibawakan. Identitas dirinya masih tetap tampak. Sedangkan personality actor kita dapatkan dalam film atau televisi. b. Gaya Estetis Kita harus memainkan permainan sesuai gaya, oleh sebab itu aktor harus dilatih untuk memasuki gaya permainan sesuai dengan gaya drama tersebut. Sebagai contoh, dalam drama Yunani kuno digunakan gaya formal; dalam drama-drama Shakespeare digunakan gaya romantik; teater abad ke XIX menggunakan gaya deklamatoris; teater modern menggunakan gaya realistis; dan sebagainya. Gaya serius, gaya tragedis, dan bayolan merupakan gaya yang harus diekpresikan secara tepat oleh aktor atau aktris. c. Pendekatan Untuk Peranannya Ada dua pendekatan dalam menghayati peran yaitu metode dan teknik. Metode berhubungan dengan latihan sukma atau latihan “unsur dalam”. Dalam pendekatan teknis, yang dipentingkan adalah teknik bermain yang berhubungan dengan faktor luar fisik. Penampilan fisik dan permainan di pentas mengutamakan kombinasi permainan fisik dan emosi. d. Bidang Acting Ada tiga yang harus digarap dalam latihan acting, yaitu teknik fisik, mental intelektual, dan emosi spiritual. Bidang acting yang bersifat teknis misalnya meliputi latihan pernafasan, latihan vokal, dan latihan proyeksi penonjolan. Latihan mental berupa latihan watak, dengan dimulai menganalisis watak dari segala sudut fisik, psikis, sosial; memahami pikiran, feeling perasaan/simpati, action, dan berhubungan dengan permainan dan peranan yang lain. Emosi harus dilatih dalam drama aktor harus menghadirkan emosinya sesuai dengan tuntutan lakon. e. Enam Pertanyaan Enam pertanyaan yang berkenaan dengan acting. Dalam latihan acting diperlukan disiplin, skiil, sifat fleksibilitas, kepatuhan, ketepatan, kerapian, dan kemampuan ber-acting sesuai dengan tuntutan lakon. Enam pertanyaan itu adalah 1. Apakah aktor telah membawakan suara, gerak tubuh dan kepribadian sesuai dengan tuntutan dan kepribadian dalam perannya sesuai dengan tuntutan dan sebagai seorang individu? Tubuh aktor harus terkoordinasikan seara baik. Movement gerakan harus dilaksanakan secara anggun, gesture harus mampu memberikan reinforcement penguatan bagi suaranya. Semua itu dilakukan oleh aktor secara jelas, logis, menarik, bertujuan dan benar. Seorang aktor tidak perlu meniru aktor lain, melainkan harus berusaha menciptakan kreasi sendiri. 2. Apakah acting-nya jernih? Sejak muncul pertama di pentas, acting pemain hendaknya terarah dan tidak berlebihan. Pengaruh musik harus dihayati secara seksama dan ekspresinya tampak dari mimik pemain. Sangat sulit mengekspresikan suatu acting yang segar, jernih, dan dengan kesungguhan hati, pada setiap penampilan, terlebih sesudah suatu adegan yang panjang. 3. Apakah orangnya dikendalikan? Setiap aktor harus berusaha mengendalikan acting-nya dalam arti semua geraknya beralasan dan tidak berlebihan. Semua tindakan acting pemain harus disetai emotion touch, untuk mengendalikan acting yang dilakukan. Dalam hal acting, pemain memberi porsi terlalu besar sesuatu yang harusnya kecil, sebaliknya dalam acting yang kering, semua tanpa penjelasan Acting yang besar lebih memberikan sugesti kepada penonton dari pada perbuatan biasa. Aktor yang baik tidak pernah menumpahkan semua emosinya kepada penonton. 4. Apakah orang tersebut mudah? Penonton haruslah secara total tidak sadar akan semua usaha aktor atau aktris dipentas dalam latihan. Semua yang diekspresikan harus bersifat natural tidak dibuat-buat. Penampilan yang sempurna, tetapi cukup mempesona penonton karena seolah-olah semua penampilan aktor itu tanpa dilatih, tanpa dihapalkan. Hal tersebut dapat dicapai, bila aktor telah bermain baik sebagai seorang seniman pentas. 5. Apakah actingnya menyakinkan? Semua penampilan aktor tersebut harus benar dan penuh motivasi. Cara meyakinkan penonton juga dapat dari kostum dan make up. kostum akan menghidupkan peran yang dibawakan mendekati kenyataan. Meka up yang kurang meyakinkan dapat diperhidupkan dengan penyinaran. yang penting adalah faktor psikologis, artinya penjiwaan kepada peran yang benar-benar menyakinkan penonton. 6. Apakah fisik dan mentalnya cukup siap menghadapi keseluruhan pentas? Pemain adalah bagian dari tim. Berarti dengan dan bersama-sama tim. Ia tidak boleh main lebih atau kurang dari dari perannya, sebab jika terjadi demikian kekompakan tim akan terganggu salah seorang aktor yang menonjol yang ingin menguasai pentas, akibat porsi orang lain banyak dilonggar. Teknik Berperan Menurut Oscar Broket Oscar Brocket menyebutkan tujuh langkah dalam latihan berakting yaitu sebagai berikut; 1. Latihan tubuh Maksudnya adalah latihan ekspresi secara fisik. Kita berusaha agar fisik kita agar dapat bergerak secara fleksibel, disiplin dan ekspresif. Artinya, gerak-gerik kita dapat luwes, tetapi berdisiplin terhadap peran kita, dan ekspresif sesuai watak dan perasaan aktor yang di bawakan. Di beberapa teater biasanya sering diberikan latihan dasar acting, berupa menari, balet, senam, bahkan ada yang merasa latihan silat itu dapat juga melatih kelenturan, kedisiplinan , dan daya ekspresi jasmaniah. 2. Latihan suara Latihan suara ini dapat di artikan latihan mengucapkan suara secara jelas dan nyaring vokal, dapat juga berarti latihan penjiwaan suara. Yang harus mendapatkan pelatihan seksama, adalah suara itu hendaklah jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif,dan ucapkan sesuai daerah artikulasinya. 3. Observasi dan Imajinasi Untuk menampilkan watak tokoh yang diperankan, aktor secara sungguh-sungguh harus berusaha memahami bagaimana memanifestasikannya secara eksterna. Aktor mulai dengan belajar mengobservasikan memahami setiap watak, tingkah laku dan motivasi orang-orang yang dijumpainya. Kekuatan imanjinasi berfungsi untuk mengisi dimensi kejiwaan dalam acting, setelah diadakan observasi tersebut. Acting bukan sekedar meniru apa yang diperoleh lewat observasi, tetapi harus menghidupkannya, memberi nilai estetis. 4. Latihan Konsentrasi Konsentrasi diarahkan untuk melatih aktor dalam kemampuan membenamkan dirinya sendiri kedalam watak dan pribadi tokoh yang dibawakan dan ke dalam lakon itu. Konsentrasi haru spula diekspresikan melalui ucapan, gesture, meovement, dan intonasi ucapannya. 5. Latihan Teknik Latihan teknik di sini adalah latihan masuk, memberi isi, memberi tekanan, mengembangkan permainan, penonjolan, ritme, timing yang tepat, dan hal lain yang telah dibicarakan dalam penyutradaraan. Pengaturan tempat di pentas sesuai dengan karakteristik dan masing-masing bagian pentas itu, juga merupakan unsur teknis yang harus menadapatkan perhatian dalam latihan. keseimbangan di dalam pentas merupakan dress stage pakain yang dipakai di panggung. Pergeseran aktor lain di sisi berikutnya, sehingga terjadi keseimbangan, hal itu berhubungan dengan latihan blocking, dan crossing. Aktor juga harus berusaha mengambil posisi sedemikian rupa, sehingga ekspresi wajahnhya dan gerak-gerik yang mengandung makna dapat dihayati oleh penonton. Hal kecil yang perlu mendapat perhatian juga adalah teknik jalan, teknik loncat, makan, duduk, mempersilahkan minuum dan sebagainya harus disesuaikan dengan pribadi yang dibawakan dalam cerita. 6. Latihan sistem acting Aktor harus berlatih acting, baik dalam hal eksternal maupun internal melalui pendekatan metode, maupun teknik. 7. Latihan untuk memperlancar skill dan latihan Dalam latihan ini peranan imajinasi sangatlah penting. Dengan imajinasi, semua latihan yang bersifat seperti menghafal, menjadi lancar dan tampak seperti kejadian sebenarnya. Whitting menyatakan, bahwa dalam latihan acting ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan kreaktif dan pendekatan teknis. Pendekatan kreatif ini sama dengan pendekatan metode yang dikemukakan oleh Wright, tadi Whitting 1960197. Latihan teknis meliputi penonjolan, latihan tubuh, latihan suara, latihan penggunaan pentas secara tepat, latihan penyingkatan dan eliminasi. Constantin Stanislavsky Tokoh yang dikenal sebagai pelopor pendekatan metode atau pendekatan kreatif yang mementingkan latihan sukma, memberikan pedoman untuk mempersiapkan seorang aktor Stanislavsky, 1980. 15 tahap latihan yang harus dilalui a. Berperan acting adalah suatu seni Dalam berperan, aktor harus menyadari bahwa berperan merupakan ekspresi seni. Berperan adalah seni, maka harus memenuhi aturan aliran seni yang diikuti, harus menurut aturan seni teater, dan dimainkan dalam penghayatan total antara jasmani dan rohani. Keseimbangan yang dituntut dan dengan begitu over acting dan segala yang over harus ditinggalkan. b. Motivasi Motivasi merupakan faktor “dalam” yang harus dimiliki oleh seorang aktor. Motivasi yang harus dimiliki yaitu motivasi estetis, dimana dirinya mengabdi pada pentas, bukan demi publisitas dirinya, semua gerak perbuatan itu selalu mempunyai motivasi, yaitu motivasi dari gerakan sebelumnya dan motivasi untuk gerakan berikutnya. c. Imajinasi Kepekaan imajinasi untuk aktor perlu dilatih. Dengan imajinasi perasaan dan pengalaman emosional mudah terukir dan tertanam dengan kuat dalam ingatan visual kita dan dapat dibayangkan setiap saat. d. Pemusatan Pikiran Konsentrasi Pusat perhatian aktor bukan ditempat penonton, tetapi pada lakon yang dibawakan. Objek-objek perhatian, harus dipilah-pilah, ada yang merupakan titik cahaya dalam lingkaran perhatian. Reaksi emosi dan imajinasi dapat membantu proses konsentrasi ini. e. Mengendurkan Urat Urat kita harus fleksibel serta siap diperintah melakukan gerakan dan acting sesuai dengan peranannya. Gerakan lentur, fleksibel, indah tetapi rapi dan menawan, dapat dicapai melalui berbagai latihan fisik seperti yang dijelaskan didepan. f. Satuan dan Sasaran Ikatan organik dialur lakon, satuan lakon yang merupakan garis besar alur yang memaparkan juga perkembangan konflik, harus dihayati secara baik, untuk kemudian diuraiakan dalam detail. Kemudian ditentukan sasaran akting sang aktor yang seharusnya. 1. Ditujukan kepada lawan main. 2. Merupakan sasaran pribadi yang analog dengan watak yang kita gambarkan. 3. kreatif dan artistik. 4. harus benar sehingga meyakinkan. 5. Menarik dan mengharukan kita 6. Jelas dan tipikal. 7. Harus punya nilai dan isi yang dapat berhubungan dengan sosok dalam dari permainan kita. 8. Harus aktif, mendorong untuk maju. g. Keyakinan dan Rasa Kebenaran yang kita perlukan adalah kebenaran yang dipindahkan menjadi sebuah padanan puitis berkat imajinasi kreatif. Semua tindakan harus mempunyai makna dan dengan begitu ada gerak yakin. h. Ingatan Emosi Untuk dapat disampaikan semua emosi dengan baik, aktor harus berusaha untuk menghayati kembali apa yang pernah dirasakan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan perasaan yang dikehendaki. Jika sulit menghadirkan kembali emosi yang dikehendaki maka dengan bantuan suara yang berkesan atas peristiwa dulu, kiranya emosi yang sama akan hadir. Misalanya, seorang gadis yang pernah patah hati, sangat terkesan akan lagu “seruling senja”. Jika kedukaan yang sama sulit ditampilkan, maka dengan bantuan lagu “seruling senja” niscahaya emosi tersebut akan lebih mudah ditampilkan. Demikian pula gambar, pemandangan alam, melalui surat, suasana tertentu orang akan mampu merekonstruksi suasana batinnya. Indera pencium, pengecap, dan penyentuh juga bermanfaat untuk mempenggaruhi ingatan emosi, seperti halnya indera pendengar dan penglihat. Aktor harus menggunakan perasaanya sendiri, sehingga jiwanya sendiri bergetar hidup, manusiawi, hal-hal yang dapat meyakinkan penonton. Ingatan emosi dapat diolah melalui kreativitas batin, menjadi bentuk perwujutan acting yang penuh penjiwaan. i. Komunikasi atau Hubungan Batin Aktor harus menghidupkan komunikasi dengan diri sendiri, dengan aktor lain, dan juga secara batin dengan penonton. Komunikasi langsung adalah dengan diri sendiri dan aktor lain, sedang komunikasi tidak langsung adalah dengan penonton. Aktor juga harus berkomunikasi dengan objek imajiner atau yang tidak hadir secra nyata misalnya waktu berdoa secara keras. j. Adaptasi Penyesuaian diri itu dapat dilakukan dengan sadar dan dapat dengan tidak sadar. Sumber penyesuaian diri adalah alam bawah sadar, yang datang jika ilham datang. Di panggung penyesuaian diri ini bersifat terus-menerus, sebab aktor berkomunikasi dan menjadi orang lain terus menerus. Adapun adaptasi mekanis dan motoris melalui latihan dan penuh kesadaran. k. Kekuatan Motif Dalam Kekuatan inner motive harus mendapat latihan dalam diri aktor modalnya adalah kemauan. Kemauan harus dipadu dengan dua unsur penggerak lain, yaitu pikiran dan perasaan. Pikiran, emosi, dan perasaan ynag merupakan inner motivation harus dibangkitkan secara alamiah yang juga dimanfaatkan untuk membangkitkan unsur-unsur kreatif yang lain. l. Garis yang Tak Terputus-putus Garis batin tidak boleh terputus, karena garis itulah yang memberikan nyawa dan gerak pada drama yang dipertunjukkan. Sekuen satu dengan sekuen lain harus merupakan suatu yang berkesinambungan, dan selalu menampilkan pusat perhatian. m. Keadaan Kreatif Batiniah Dalam menghayati watak peran dan melaksanakan tugas acting selama pementasan berlangsung diperlukan keadaan batin yang kreatif, artinya selalu mengisi kekosongan yang ada dengan suatu tindakan yang beralasan penuh keyakinan. n. Sasaran yang Paling Utama Aktor harus mampu menangkap dan mengekspresikan sasaran utam dari dialog da perbuatan yang dilakukan dalam setting yang dibawakan. Hendaknya aktor mampu mengendalikan tiga ciri penting dalam proses kreatif, yaitu 1 pemahaman atau genggaman batin, 2 garis gerak yang lurus, dan 3 sasaran utama. Aktor harus mengerti apa tujuan kehadirannya di pentas, apa tugas utamanya terhadap lakon dan tidak melebihi porsi yang ditentukan, menuju titik sasaran yang mantap, ringan, wajar dan jelas. o. Diambang Pintu Bawah Sadar Dalam semua aktivitas kreatif, semua yang maya ini, diberi sentuhan kenyataan. Jika aktor terbenam luluh dalam dunianya di pentas, terlibat sepenuhnya encounter dengan dunia maya yang dihayati sebagai realitas baru maka ia akan terlebih memikat penonton. Dengan cara meluluhkan diri dalam peran, semua yang diucapkan dan diperbuat akan meyakinkan penonton. Richard Boleslavsky Richard Boleslavsky tokoh yang dikenal sebagai murid Stanislavsky mengembangkan teori Stanislavsky. Buku karangannya sangat terkenal dengan judul Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor yaitu; 1. Pelajaran Pertama Konsentrasi Konsentrasi bertujuan agar aktor dapat mengubah diri menjadi orang lain, yaitu peran yang dibawakan. Untuk mampu berkonsentrasi, aktor harus berlatih memusatkan perhatian, mulai dari lingkaran yang besar, menyempit, kemudian membesar lagi. Kendatipun latihan dilakukan di tempat yang ramai oleh suara hiruk pikuk orang jika konsentrasi kuat lakon akan tetap berjalan. Latihan konsentrasi ini juga dapat dilaksanakan melalui latihan fisik seperti yoga, latihan intelek atau kebudayaan misalnya menghayai musik, puisi, seni lukis, dan latihan sukma melatih kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi. 2. Pelajaran Kedua Ingatan Emosi The transfer of emotion adalah merupakan cara yang efektif untuk menghayati suasana emosi peran secara hidup, wajar dan nyata. Jika pelaku harus bersedih, dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan mengahdirkan emosi yang serupa, maka kadar kesedihanitu takarannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting. 3. Pelajaran Ketiga Laku Dramatis Berlaku dramatis artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran. Untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam, sehingga dapat diadakan adaptasi. 4. Pelajaran Keempat Pembangunan Watak Aktor harus membangun wataknya, sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak iu didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasikannya, dan menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya sendiri. 5. Pelajaran Kelima Observasi Observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis dengan baik, perlu mengadakan observasi terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis, dan sosial yang sesuai. Latihan observasi dapat juga dilakukan dengan jalan melakukan sesuatu yang pernah dilihat dengan pura-pura. Misalnya adegan membuka pintu pintu tidak ada. 6. Pelajaran Keenam Irama Sentuhan terakhir dalam sebuah latihan drama adalah pengaturan irama perminan ini. Sedangkan irama permainan untuk setiap aktor, diwujudkan dalam panjang pendek, keras lemah, tinggi rendahnya dialog, serta variasi gerakan, sehubungan dengan timing, penonjolan bagaian, pemberian isi, progresi dan pemberian variasi pentas. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari materi di atas yaitu untuk menghasilkan pementasan suatu drama yang bermutu diperlukan latihan bagi aktor/aktris. Materi 4 Penyutradaraan 1. Pendahuluan Dalam sebuah pementasan drama, perfilman atau lain halnya yang berhubungan dengan suatu pementasan pasti ada yang namanya sutradara. Sutradara mempunyai tugas mengkoordinasikan segala anasir pementasan, sejak latihan dimulai sampai dengan pementasan selesai. Sutradara mempunyai tugas sentral yang berat dalam sebuah pementasan tidak hanya akting para pemain yang diurusnya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis. Musik yang bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang harus diatur, penyinaran, tata rias, kostum, dan sebagainya, semuanya diatur atas persetujuan sutradara. Oleh karena itu sutradara harus menguasai semuanya. 2. Penyutradaraan Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam drama tradisional dan wayang sutradara “dalang”. Tugas sutradara drama modern melatih, mengkoordinasikan aktor/aktris, juga memimpin urusan unsur pentas seperti penata lampu, penata pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian, dekorator, dan petugas lainnya. Harymawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang bertugas mengkoordinasikan segala anasir teater, dengan paham, kecakapan, serta daya imajinasi yang inteligen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil. Sejarah Timbulnya Sutradara Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut. a. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874-1890.. Saat itu dipentaskan 2591 drama di wilayah Jerman. Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan.. b. Gurdon Craig 1872, putra Ellen Terry mempelopori penyutradaraan sehingga namanya sangat terkenal. Sampai kini, nam Craig dipuja sebagai sutradara genius. Dia dinyatakan sebagai sutradara yang memaksakan gagasannya kepada aktor/aktris. Melalui dirinya diperkenalkan seniman teater baru yang disebut sutradara. c. Constantin Stanilavsky 1863-1938 merupakan sutradara Rusia yang terbesar. Ia mendirikan “Moscow Art Theater”. Dengan penyutradaraannya, dihilangkan sistem bintang, dan ia merupakan pelopor penyutradaraan yang mementingkan sukma. Tugas Sutradara Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pementasannya, misalnya 1. Arti pementasann dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun rapi. 2. Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan.. 3. Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai. 4. Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan danjuga gambarab audience yang akan menyaksikan. 5. Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton. 6. Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati. 7. Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang menggambarkan suasana yang sesuai. Menurut Fran K. Whitting ada tiga macam tugas utama dari seorang sutradara, yaitu merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris, dan mengorganisasi produksi. Dalam hal in, sutradara bertindak sebagai artis, guru dan eksekutif. a. Merencanakan Produksi Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran. Untuk memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon sutradara mulai dengan berlatih memimpin drama yang sederhana, dengan latar belakang waktu masa kini yang tidak membutuhkan berbagai persiapan rumit. Mempersiapkan calon aktor secara seksama dapat dilakukan sebelum casting ditentukan, sutradara harus mempertimbangkan secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang penunjukkan aktor atau aktris. Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik secara psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan, kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus mendapat perhatian. Untuk suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain yang dipilih, dapat memperkirakan beberapa kali latihan yang dibutuhkan. Dengan demikian,dapat dibuat time-schedule yang terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan, maka time-schedule ini dapat lebih bersifat pasti. b. Memimpin Latihan Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu 1. Latihan pembacaan teks drama 2. Latihan blocking pengelompokkan 3. latihan action atau latihan kerja teater. 4. Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting, blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas, pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system. Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi. Teknik progresi dan teknik membina puncak. 1. Teori Rendra Rendra mengemukakan sebelas langkah dalam menciptakan peran, yaitu 1. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu. 2. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut. 3. Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan. 4. Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar. 5. Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas. 6. Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan. 7. Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu 8. Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula. 9. Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan rencana konsep penyutradaraan. 10. Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang peran. 11. Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan. 2. Teknik Berlatih Menurut Rendra Dalam buku yang sama Rendra memberikan teknik pembinaan peran. Sutradara perlu melatih hal-hal tersebut kepad ator secara terperinci, dan samapi lanar, dalam arti penjiwaan peranan bukan lagi sampai menghapalkan, tetapi sudah dihidupi oleh batin sang peran. Gerak dan tingkah lakunya sendiri melebur dalam peran, sehingga antara peran dan pemeran telah lebur jadi satu. 1. Teknik Muncul Kemunculan peran utama dan peran tambahan haruslah dibedakan. Peran utama harus diberi tekanan ketika pertama muncul. Penekanan kepada peran tambahan, akan merusak struktur dramatis. 2. Teknik Memberi Isi Teknik memberi isi berhubungan dengan penonjolan perasaan pada bagian-bagian dialog yang diucapkan, di balik akting yang dibawakan selama pemberian isi tersebut meliputi. a. Kalimat dengan memberi tekanan, nada dan kecepatan yang berubah b. Gerakan gerakan muka atau mimik maupun gerakan tangan, kaki, kepala, dan sebagainya 3. Teknik Pengembangan Progresi Progresi dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut 1. Variasi pengucapan, dengan menaikkan volume suara, diikuti menaikkan tinggi suara, kemudian menaikkan kecepatan tempo suara dan diakhiri dengan penurunan volume, tinggi nada dankecepatan tempo suara. 2. Pengembangan dengan variasi jasmaniah, dengan menaikkan posisi jasmani, diikuti dengan berpaling, kemudian berpindah tempat, kemudian melakukan gerakan anggota badan dan akhirnya dengan ekspresi air muka. Kedua teknik, yaitu suara dan gerakan jasmaniah itu hendaknya dipadukan secara harmonis dalam rangka progresi. 4. Teknik Membinan Puncak-puncak Agar puncak-puncak itu menonjol, pengembangan sebelum puncak harus ditahan tingkatannya. Penahanan itu berupa penahanan intensitas emosi, penahanan reaksi terhadap perkembangan, hubungan antara menahan suara dan gerakan, saling mengisi antara dua pemain yang satu keras dan yang satu lamban, dan dengan cara memindahkan tempat pemain di pentas. 5. Teknik Timing Ada beberapa hal yang dibicarakan Rendra dalam permasalahan timing ini, yaitu sebagai berikut a. Hubungan waktu antara gerakan jasmani dengan kata yanga\ diucapkan. b. Akibat yang ditimbulkan timing, bila dipergunakan untuk memberikan tekanan. Jika itu erat sekali hubungannya dengan kata yang diucapkan, maka akan memberikan penekanan kepada kata yang diucapkan itu. 6. Terlalu Banyak Penjelasan Rendra membagi yang over menjadi tiga macam, yaitu over akting, obvius akting, dan ham –akting. 7. Mengatur Tempo Permainan Sutradara harus mengatur cepat lambatnya permainan, sehingga konflik darama dapat menanjak dan mencapai klimaksnya, sesuai dengan harapan naskah. 8. Mengatur Sikap dan Gerak Yakin Sikap pemain harus diatur dan ditentukan secara cermat. Sikap itu harus memancarkan keyakinan yang penuh dari pemain atas peran yang dibawakan. Pemain harus dijiwai oleh gerak yakin, yaitu gerak yang disertai alasan yang kuat. Kalau tidak ada alasan, lebih baik rileks, mengatur pernapasan, untuk suatu gerak yang kelak dibutuhkan. 9. Cara Menanggapi dan Mendengar Dua pemain yang berdialog di atas pentas, berusaha menampilkan kehidupan yang benar-benar menyakinkan penonton. Sikap pemain pada saat mendengarkan dan menanggapi dialog lawan main, harus mendapatkan perhatian sutradara. 10. Menyesuaikan dengan Teknik Pentas Dalam berjalan, bergerak, blocking, berbicara dan sebagainya, maka pemain harus menyesuaikan diri dengan teknik pentas, seperti lighting, dekorasi, musik, suara-suara, dan gerakan yakin, yang benar-benar dijiwainya. Tahap-tahap penyesuaian dengan teknik merupakan tahap penting. karena pemain harus menghayati dunianya yang baru, yaitu dunia imajinasi. Materi 5 Tata Rias dan Tata Kostum A. Tata Rias 1. Sejarah Tata Rias Rias wajah bukan merupakan hal yan gbaru untuk dikenal atau dipergunakan. Sejak ribuan tahun yang lalu rias wajah sudah dikenal dan ditrapkan oleh kaum wanita khususnya, dimana setiap negara dan bangsa mempunyai ciri-ciri dan tanda-tanda ataupun standard tertentu akan arti ”cantik”. Warna-warni untuk rias wajah yang dikenal sejak zaman dulu adalah warna putih, merah dan hitam, yang diambil dari daun-daunan, kulit pohon yang ditumbuk, atau batu-batuan berwarna yagn dihaluskan dan dikenakan pada wajah. Nenek moyang kita mengenal cengkeh yang dibakar untuk menghitamkan alis, bubuk beras dan telur untuk bedak. Semua digunakan untuk mempercantik diri diambil dari alam sekelilingnya. Perkembangn zaman, manusia mulai mengenal listrik, mengenal film baik hitam putih maupun berwarna. Sesuai perkembangan zaman berkembang pula teknologi seingga warna-warni di dalam dunia rias merias juga makin meningkat, karena segala macam warna dapat diserap oleh film berwarna. Sejalan dengna itu produk kosmetik makin banyak. 2. Pengertian Rias Wajah Tata rias wajah adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang seni mempercantik diri sendiri atau orang lain dengan menggunakan kosmetik dengan cara menutupi atau menyamarkan bagian-bagian yang kurang semprna pada wajah maupun bagian-bagian yang sempurna atau cantik pada wajah dengan warna yang terang. 3. Tujuan Merias Wajah Tujuan emrias wajah adalah untuk mempercantik diri pada umumnya, khususnya wajah agar kelihatan segar dan cantik. Berdasarkan jenis rias, tata rias dapat diklasifikasikan menjadi 8 jenis, rias, yaitu sebagai berikut ; 1 Rias Jenis Rias yang mengubah peran, misalnya peran laki-laki diubah menjadi peran wanita 2 Rias Bangsa Rias yang mengubah kebangsaan seseorang, misalnya orang muda berperan sebagai orang tua atau sebaliknya. 3 Rias Usia Rias yang mengubah usia seseorang, misalnya orang muda berperan sebagai orang tua atau sebaliknya 4 Rias Tokoh Rias yang membentuk tokoh tertentu yang sudah memiliki ciri fisik yang harus ditiru. Misalnya seseoran gpemuda bisa berperan sebagai superman. 5 Rias Watak Rias sesuai dengna watak peran. Misalnya tokoh sombong, pelacur, penjahat, dan lain-lain. 6 Rias Temporal Rias dibedakan karena waktu tertentu. Misalnya rias sehabis mandi, bangun tidur pesta, sekolah, dsb. 7 Rias Aksen Rias yang hanya memberi tekanan kepada pelaku yang mempuyai analisis sama dengan tokoh yang dibawakan 8 Rias Lokal Rias yang ditentukan oleh tempat atau hal yang menimpa pesan saat itu. Misalnya rias dipenjara, petani, dipasar, dsb 4. Prinsip-prinsip Tata Rias Wajah Untuk menentukan rias wajah pertama kali kita perlu mengoreksi bentuk wajah dan bagian-bagian wajah seperti mata, hidung, bibir dan bentuk alis, untuk melakukan suatu koreksi dipergunakan warna gellap dan warna terang. a. Warna gelap /shading merupaka n warna bayangan memeri kesan menyamarkan, mengurangi, mencekungkan atau mengecilkan warna tersebut, adalah warna kecoklatan dan semua warna yagn dicampur dengan warna hitam. b. Warna terang /tint Mmberi kesan menonjolkan, mengembungkan, meninggikan dan melebarkan warna tersebut adalah warna putih, silver dan lain-lain yang terang Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan tata rias wajah a. Kosmetik Pilihlah kosmeteik yagn tepat da bermutu baik untuk mempercantik wajah anda b. Pembersih kulit wajah Sebelum melakukan rias wajah kulit muka harus dalam keadaan bersih c. Pemilihan alas bedak Pilihlah alas bedak yang sesuai dengan warna kulit anda d. Pemilihan bedak Pilihlah bedak yang warnanya dilihat dari foundation dasar bedak yang digunakan, kalau dasar bedak warna gelap maka bedak dipilih warna yang setingkat lebih muda dari warna dasar bedak. e. Pemilihan rias mata, perona bibir dan pipi Pililah rias mata, perona bibir dan pipi yang sesuai atau serasi dengan busana, f. Jenis kulit Misalnya untuk kulit kering sebaliknya digunakan kosmetik yang mengandung minyak dan sebaliknya g. Usia Faktor usia juga harus diperhatikan dalam tata rias wajah korektif ini sesuaikan gaya tata rias dengan wajah h. Waktu dan suasana Sesuaikan tata rias wajah dengan keadaan, waktu, apakah untuk siang atau malam hari. Pakailah tata rias sederhana pada siang hari dan yang lebih tebal pada malam hari. Berdasarkan sifatnya, tata rias diklasifikasikan menjadi 5, yaitu 1. Base dasar Rias dasar ini harus dipakai. Biasnaya pemain pria karena tergesa-gesa dengan memakai base 2. Foundation Jenis alat rias ini dapat berwujud stick atau pasta 3. Lines Lines ini berguna untuk memberikan batas anatomi wajah 4. Rouge Rouge untuk menghidupkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu dan kelopak 5. Clean sing cream Cream pembersih ini harus ada karena secara efektif menghilangkan semu arias kita. B. Tata Kostum / Pakaian Seperti halnya rias, tata pakaian membantu aktor membawakan peranannya sesuaid engan tuntutan lakin. Jika rias dan kostum ini agak asing ada dalam jumlah cukup banyak, diperlukan latihan penyesuaian diri dengan rias dan kostum. Berdasarkan tujuan pemberiankostum pada aktor dan aktris, tata pakaian dapat dirumuskan bertujuan untuk hal-hal berikut 1. Membantu mengidentifikasi periode saat lakon itu dilaksanakan dengan kostum kita dapat menentukan / mengelompokkan apa yang cocok untuk orang tua / muda. 2. Membantu mengidividualisasikan pemain 3. Menunjukkan asal-usul dan strategi sosial orang tersebut dengan kostum kita dapat melihat asal usul seseorang, misal adat palembang, jawa dan lain-lain 4. Kostum juga akan menunjukkan waktu sesuai dengan zaman / trend yang sedang berlangsung 5. Kostum juga mengeskpresikan usia orang itu 6. Kostum juga mengekpresikan gaya permainan 7. Kostum, bagaimanapun rumitnya juga harus membangtu gerak-gerik aktor dipentas dan membantu aktor mengekspresikan wataknya. Berdasarkan sifat dan fungsinya, pakaian ada yang digunakan sebagai berikut a. Pakaian dasar / foundation Pakaiand asar ini entah kelihatan atau tidak merupakan bagian kostum yang berikan silvet latar belakang pada kostum. b. Pakaian kaki sepatu Style dari sepatu disamping memberikan efek visual pada penonton, juga mempengaruhi gaya jalan dari aktor c. Pakaian tubuh body Pakaian tubuh disesuaikan dengan kebutuhan lakon, dan mempertimbangkan usia watak, status social, keadaa emosi, dsb. d. Pakaian kepala Pakaian kepala ini dapat berupa mahkota, topi, kopia gaya rambut, sanggul, wig, topeng, dsb. e. Kostum pelengkap aksesoris Kostum pelengkap ini dimaksudkan untuk memberik efek dekoratif, efek watak, atau tujuan lainyang belum dicapai dalam kostum yagn lain. Berdasarkan tipe pakaian tata pakaian dapat diklasifikasikan sbb a. Kostum histories Kostum yagn disesuaikan dengan periode-periode spesifik dalam sejarah b. Kostum modern Kostum yang dipakai oleh masyarakat masa kini c. Kostum nasional Kostum dari dearah-daerah atau tempat spesifik d. Kostum tradisional Kostum yang disesuaikan dengan karakter spesifik secara simbolis. Untuk dapat menyediakan kostum yang sesuai dan tepat bagi aktor, maka kostum harus ; a. Mempelajari watak peran b. Usaha riset priode sejalan dan pakaian nasional yang dibawakan sebagai contoh untuk memberikan kostum pada film November 1928, teguh karya dan asistennya engadakan riset yang mendalam tentang pakaian,bentuk pistol, ikat kepala, bedil, sanggul, seragam militer. Pakaian lurah, dsb. Dari periode itu kostum berfungsi untuk memberikan latar belakang fisik dan psikis. Materi 6 Tata Cahaya dan Tata Suara A. TATA LAMPU Yang dimaksud tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, tata lampu erat hubungannya dengan tata panggung. Yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung adalah penata lampu. Penata lampu biasanya menggunakan alat yang biasa disebut spot light. 1. Tujuan Tata Lampu Lampu dapat memberikan pengaruh psikologis, dan juga dapat berfungsi sebagai ilistrasi hiasan atau penunjuk waktu pagi, sore dan suasana pentas. Secara lebih jelas tujuan tata lampu dapat dinyatakan sebagai berikut a. Penerangan terhadap pentas dan aktor. Dengan fungsi ini, pentas dengan segala isinya dapat terlihat jelas oleh penonton. Penerangan juga dapat mengandung arti penyinar. Artinya menyoroti bagian-bagian yang ditonjolkan, sehingga lebih tampak jelas, sesuai dengan tuntutan dramatik lakon. b. Memberikan efek alamiah dari waktu, seperti jam, musim, cuaca, dan suasana. c. Membantu melukis dekor scenery dalam menambah nilai warna hingga terdapat efek sinar dan bayangan. d. Melambangkan maksud dengan memperkuat kejiwaannya. Dalam hal ini, efek tata warna sangat penting kedudukannya. e. Tata lampu juga dapat mengekspresikan mood dan atmosphere dari lakon, guna mengungkapkan gaya dan tema lakon itu. f. Tata lampu juga mampu memberikan variasi-variasi, sehingga adegan-adegan tidak statis. Lampu yang digunakan hendaknya berwarna-warni, agar mampu memberikan efek psikologis dan variasi. Disamping itu juga harus ada pengaturan derajat ketajaman sinar voltase. Juru lampu harus membuat alat tata lampu ini semudah mungkin, sepraktis mungkin, dan juga harus disertai perencanaan tata lampu yang mendetail untuk suatu lakon yang disiapkan lighting plot. Skakelar untuk setiap warna dan jemis sinar, diberi tanda khusus, dan dibedakan letaknya secara baik. Dalam teater arena dan teater modern, peranan lampu ini sangat penting, dan diharapkan mampu menganti dekorasi. 2. Jenis-jenis Lampu Berdasarkan fungsi dari tata sinar, maka lampu dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut a. Lampu primer, yaitu sumber sinar yang langsung menerangi benda-benda atau obyek lainnya, dan mengakibatkan menimbulkan bayangan. b. Lampu skunder, yaitu lampu yang bertugas menetralisir bayangan yang timbul oleh lampu primer. Penempatannya sedemikian rupa, sehingga bayangan yang menggangu visualisasi terhadap lakon, dapat dinetralkan. Jenis lampu skunder ini juga dipertimbangkan fungsi lainnya, yaitu unutk menghidupkan panggung beserta dekorasinya. c. Lampu untuk latar belakang, yaitu lampu khusus untuk menerangi cyclorama. Untuk pentas, biasanya digunakan 3 ways lighting system, sedangkan untuk akhir pentas, digunakan ways lighting system. Perlu diperhatikan tata lampu untuk memperhidup lighting. Oleh sebab itu, lampu primer harus disusun sebaik mungkin, sehingga fungsi menghidupkan akting dapat dicapai. Untuk sekedar mengerti apa ayng harus disiapkan sehubungan dengan lampu ini, perlu diketahui bahwa alat tata sinar ada 3 macam. Dalam teater sederhana sekolah sebaiknya alat ini dimiliki semaksimal dapat diusahakan. a. Strip light, yaitu penataan lampu yang berderet. Deretan lampu ini dapat diberi sekat copartment system dan dapat juga tanpa sekat open system. Deretan lampu disusun dalam kotak khusus yang mampu memancarkan sinar dengan terarah. Biasanya ditempatkan di lantai atau di atas pentas. Footlight, adalah strip light yang diletakkan di lantai depan pentas, sedangkan borderlight diletakkan di atas pentas, digantungkan di belakang border pembatas. b. Spot light, yaitu lampu dengan sinar yang kuat, dan berguna untuk memberikan sinar pada suatu titik atau bidang tertentu. Dalam spotlight, sinar-sinar yang kuat dikumpulakn dalam kotak metal dan dipantulakn oleh sinar reflektor dipancarkan melalui lubang bundar ke titik sasaran. c. Food light, yaitu sumber sinar yang memiliki kekuatan besar, tapi tidak menggunakan lensa seperti spotlight. Keluar masuk, drop, dan clclorama. Dapat juga diletakkan di atas pentas, untuk menerangi pentas dan backdrop. B. TATA SUARA Yang dimaksud tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara sound system, melainkan juga musik pengirin. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi para penonton. Musik pengiring dimainkan dibelakang layar agar tidak terlihat penonton. Kalau terlihat, permainan drama kurang baik, karena ada semacam persaingan antara pemain musik dan pemain drama di panggung. Tugas mengatur tata suara ini dapat didobel oleh juru musik. Akan tetapi jika dibutuhkan sound effect yang cukup banyak, harus ada petugas tersendiri. Suara yang mengiringi suatu adegan atau sebelum/sesudah adegan, bahkan mungkin juga mengakhiri adegan atau mengakhiri pertunjukan adalah sesuatu yang harus disiapkan secara matang dan menyuarakannya harus tepat waktu tidak terlambat atau terlalu cepat. Peran suara ini benar-benar menentukan jika menjadi pelengkap adegan yang ikut diucapkan dalam dialog para pelakunya. Suara-suara yang memberi efek itu, misalnya suara tangis, suara anjing melolong, suara marga satwa, suara air terjun, dan sebagainya. Suara-suara itu akan meyakinkan penonton terhadap adegan yang sedang ditonton. Baik musik maupun sound effect hanya berperan untuk memberi efek psikologis dan menghidupkan adegan. Sebab itu, juru musik dan juru suara harus mementingkan lakon lebih dari terbuai atas musik atau suaranya. Musik dan suara itu mengabadi pada lakon. Disuarakan tepat pada waktunya, dan cepat diperkecil volumenya, lamat-lamat, untuk menghilangkan secara bertahap jika dialog sudah berjalan. Musik dan suara yang melebihi porsi akan menggangu, bahkan dapat menggagalkan lakon. Secara teknis sumber listrik untuk lampu, sound dan musik ini hendaknya dibedakan. Demikian pula, jika diberikan pengeras untuk musik dan sound, hendaknya dibedakan dengan pengerassuara untuk pentas. Jika salah satu terganggu tidak akan menggangu seluruhnya. Dan jika disuruh memilih, maka pengersa untuk pentas, unutk dialig aktor merupakan pengeras yang paling vital tidak boleh tertanggu. 1. Tata Musik Peranan musik dalam pertunjukan drama sangatllah penting. Musik dapat menjadi bagian lakon, tetapi yang terbanyak adalah sebagai ilustrasi, baik sebagai pembuka seluruh lakon, pembuka adegan, memberi efek pada lakon, maupun sebagai penutup lakon. Tata suara berfungsi memberikan efek suara yang diperlukan lakon, seperti suara ketepak kaki kuda, tangis, bunyi tembakan, bunyi kereta api, mobil, burung berkicau, dan sebagainya. Untuk memberikan efek tertentu, musik sering digabung dengan suara sound effect. Misalnya dalam memberi efek terkejut, panik, tegang, sedih, gembira meluap-luap, perkelahian, musik berbaur dengan sound efect sangat menghidupkan adegan. Musik disamping sering harus digunakna bersama sound effect, juga dengan komponen pentas yang lain. Misalnya untuk menggambarkan suasana hujan angin dengan suasana kalut, musik dibantu oleh bunyi hujan, bunyi guruh dan petir, serta kilat yang diperoleh dari tata lampu. Fungsi yang diharapkan dari tata musik dirumuskan sebagai berikut a. Memberikan ilustrasi yang memperindah. Karya drama merupakan karya seni. Maka perlu ada penghiasnya. Kalau tanpa hiasan rasanya cemplang. Hiasan pada awal dapat memikat penonton, dan membawa ke arah perhatian pada pentas. Hiasan pasa akhir lakon sekaligus mempersilahkan penonton pulang. b. Memberikan latar belakang. Latar belakang ini dapat berarti latar belakang kebudayaan, latar belakang sosial, atau keagamaan. Dapat juga latar belakang karakter. Begitu mendengar gamelan Jawa, maka kita langsung terkesan bahwa adegan ini berlatar belakang Jawa. Musik hingar bingar yang mengikuti selera masa kini, dapat memberi latar belakang adegan kaum muda. Latar belakang Kristiani atau Muslim dapat diberikan dengan musik khas dari agama tersebut. Latar belakang watak kasar atau halus dapat diberikan melalui musik dengan nada dan irama yang spesifik. c. Memberikan warna psikologis. Untuk menggambarkan warna psikologis peran, musik sangatlah besar manfaatnya. Peran yang sedih, kacau, terkejut, gembira, semua dapat diberikan tekanan dengan musik yang sesuai. Dalam wayang dan ketoprak adegan perang tidak pernah hidup tanpa iringan gamelan yang cocok. Demikian pula adegan cekcok dalam drama, membutuhkan iringan musik yang sesuai. Ada kalanya terjadi adegan tanpa dialog. Pada saat ini musik memegang peran yang sangat penting untuk memberikan warna psikologis pada pemain. Warna psikologis yang didukung oleh musik dapat warna individual, terlebih adalah warna psikologis dari adegan. d. Memberi tekanan kepada nada dasar drama. Nada dasar drama harus dipahami oleh penonton. Dengan musik yang sesuai yang dapat mengungkap jiwa dari drama itu, penonton akan terhanyut ikut terlibat dalam dalam suasana batin yang pokok dari drama tersebut. e. Membantu dalam penanjakan lakon, penonjolan, dan progresi. Di samping itu juga membantu pemberian isi serta meningkatkan irama permainan. Semua ini berhubungan dengan alur dramatik yang menanjak menuju titik klimaks. Dalam wayang dapat disimak, bahwa jenis iringan gamelan semakin malam semakin berirama keras, karena untuk keperluan meningkatkan tempo permainan dan menanjakkan konflik. f. Memberi tekanan pada keadaan yang mendesak. Misalnya mendengar berita tidak disangka-sangka, dengan musik yang cocok, tanggapan perasaan peran dapat lebih nyata daripada dengan ucapan. g. Memberikan selingan. Variasi di pentas sangat perlu. Semua itu agar penonton tidak lelah dan bosan. 2. Ilustrasi dan Efek Suara Di pentas dipasang pengeras suara dengan microphone yang cukup memadai. Peran microphone ini sangat penting, sebab jika lakon drama ada pada dialog. Jika microphone tidak cukup dan tidak kuat kepekaannya sensitif, maka kegagalan akan terjadi karena dialog tidak dapat didengar penonton. Pengeras suara sebaiknya menyewa yang cukup sensitif dengan daya watt out put yang besar, selain itu dipasang microphone yang memadai sehingga dialog akan dapat didengar penonton. Materi 7 Tata Panggung dan Dekorasi 1. Panggung, Tata pentas dan Dekorasi Sebenarnya, orang yang amat berkepentingan dengan medan untuk bermain adalah sang sutradar dan aktor. Dan pada hakikatnya, pada saat sang sutradara menjalankan tugsanya, ia sedang melukiskan peristiwa-peristiwa sosial yang amat penting. Panggung perlu pula diketahui calon aktor yang tidak boleh tidak pada saatnya nanti bakal berhubungan dengan sang sutradara. Bahkan mungkin suatu etika aktor itu sendiri harus menyutradarai pementasan sebuah senario. Banyak seniman drama atau seniman film yang tidak puas hanya jadi pemain. Mereka mempunyai ambisi untuk mengekspresikan konsepnya tentang akting. Karena itu pemain-pemain ini juga tampil sebagai sutradara. Misalnya Orson elles, Rendra. Arah dalam Panggung Daerah penonton yang terlihat oleh penonton disebut ruang permainan, playing space, atau tempat para pemain berakting. Kecuali bagian depan, tempat bermain ini pada saat pementasan ditutup dengan dinding yang dapa dipindah-pindah, atau ditutup slide wing, sayang samping, terbuat dari papan atau kerangka logam berlapis kain. Di balik dindingwing disebut ibackstagei, balik panggung, belakang panggung. Di balik panggung inilah para pekerja pentas berada. Antara lain souffler, pembisik bagi aktor bila aktor lupa teks dialognya. Para pemain sering pula menunggu giliran tampil dengan dudukdi kursi yang tersedia di balik panggung atau di ruang rias, ruang make up. Wilayah Panggung Henning Nelms membagi panggung menjadi enam daerah. Garis batas pemisah ini tentu saja tidak akan kita temukan. Ia bersifat maya. Kita anggap sebagai ada, dan sangat berguna pada saat-saat latihan. Tiap wilayah, daerah, atau petak dalam pentas mempunyai kualitas tertentu. Pengambilan posisi seorang pemain pada suatu petak, juga blocking. Pengelompokan atau grouping beberapa pemain pada kotak tertentu akan mengungkapkan kandungan perasaan yang berbeda, sesuai dengan watak pelaku. Watak Petak Calon aktor harus menghafal benar petak-petak ini hingga tidak perlu mengingat setiap akan melakukan perpindahan tempat. 2. Tata Pentas dan Dekorasi Macam-macam Pentas Ada beberapa jenis pentas dan teater modern, yaitu sebagai berikut 1. Pentas konvensional 2. Pentas arena 3. Revolving 4. Elevator Lift Dalam pentas diperlukan latar belakang suasana yang mendukung keadaan di pentas. Latar belakang itu harus bermakna. Latar belakang lazim disebut scenery, yaitu latar belakang dimana pentas diadakan untuk mempertunjukkan lakon. Scenery meliputi segala macam hiasan dan lukisan yang melingkupi daerah permainan. Menurut struktur settingnya, ada dua scenery, yaitu Drop dan wing setting, Box setting. Dalam rop and wing setting dan box setting, terdapat beberapa catatan, 1. Jika kedua sisi pentas terbuka, sehingga pemain keluar masuk melalui wing, setting yang demikian disebut drop and wing setting, sedangkan jika sisi lain tertutup, sehingga pemain masuk keluar melalui opening khusus, disebut box setting. 2. Terminator, yaitu wing paling depan, yang bersifat statis, tak dapat diputar dan biasanya diberi gambar isi cerita. Teaser dan terminator merupakan bingkai kedua untuk memperkeciol panggang yang ada. 3. Drapery, berguna untuk menghias pentas. Ada hubungan antara scenery dan dekorasi. Fungsi dekorasi adalah untuk memberikan latar belakang. Dekorasi dapat berwujud scenery, tetapi sering hanya melatar belakangi. Berdasarkan tempat mewujudkannya, ada dua macam dekor, yaitu 1. Interior setting, jika lakon dipentaskan di dalam rumah 2. Exterior setting, jika lakon dipentaskan terjadi pada alam terbuka Klasifikasi dekor didasarkan atas aliran-aliran kesenian yang dianut oleh penulis drama, atau sutradara, atau dekorator bila dia diberi wewenang. 1. Naturalisme. 2. Realisme. 3. Impresionisme. 4. Ekspresionisme. 5. Simbiolisme. Ada beberapa tugas scenery, yang erat hubungannya dengan dekor yang dipasang, yaitu 1. Scenery harus mampu membantu aktor. John Dolman menyatakan bahwa bagi aktor scenery harus mampu menjadi hal-hal berikut ini. a. Tempat berlindung b. Dekorasi c. Sugesti terhadap mood d. Sugesti terhadap tempat kejadian e. Pelukisan tempat kejadian 2. Scenery harus mampu menghindarkan kekacauan 3. Scenery harus mampu melengkapi elemen dekorasi 4. Scenery dan setting mamapu mengungkapkan atmosphere suasana dan mempengaruhi mood. 5. Scenery mampu memberi kesan terhadap wakktu dan tempat permainan. Perlengkapan pentas dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu 1. Set props. 2. Hand props. 3. Trum props. 4. Effects. Komposisi Pentas Komposisi pentas harus memberikan pandangan yang indah, hangat, dan menarik. Adapun aspek motif meliputi hal-hal berikut. 1. Kewajaran. Komposisi pentas tampak wajar. 2. Menceritakan kisah. Komposisi pentas tidak boleh sembarangan. Tetapi harus membantu mengungkapkan cerita. 3. Menggambarkan emosi. Komposisi pentas yang acak-acakan akan membantu suasana emosi para pemainnya. 4. Mengidentifikasikan perwatakan. Watak secara sosiologis akan didukung oleh komposisi pentas yang tepat. Materi 8 Manajemen Teater 1. Manajemen Produksi Produser Pruduser adalah orang yang membiayai segala keperluan dalam pementasan darama. Setiap kali pementasan drama, produserlah yang merupakan factor yang paling utama, apakah pementasan drama dapat dilaksanakan atau tidak. Dalam pementasan drama tidak sedikit biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, dengan adanya produser maka biaya tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh produser. Walaupun demikian, unsur-unsur pementasan drama yang lain juga merupakan factor yang penting juga dalam pementasan drama. Dengan kata lain baik produsen maupun unsur yang lain adalah suatu yang tak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pemain Pemain adalah orang yang memeragakan cerita. Berapa pemain yang dibutuhkan, tergantung berapa banyak tokoh yang ada dalam naskan drama yang akan dipentaskan itu. Sebab, setiap tokoh akan diperankan seorang pemain. Agar berhasil memerankian tokoh-tokoh tadi, pemain harus dipilih secara tepat. Kalau drama itu pemainnya campuran, untuk menentukan pemain tentu lebih mudah daripada tidak campuran. Yang dimaksud tidak campuran adalah para pemain terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua. Juga, pemain laki-laki dan perempuan sebab, kalau pemain-pemainnya campuran, untuk memainkan tokoh ayah tentu lebih baik dipilih pemain orang tua saja. Sebaliknya, pemain anak-anak pemerannya anak-anak saja. Demikian pula tokoh remaja putra atau putri juga lebih baik diperankan oleh remaja putra atau remaja putri. Dengan demikian, keadaan fisik pemain sudah mirip atau mendekati tokoh yang diperanka. Seorang pemain harus benar-benar bisa Sepeerti tokoh yang diperankan. Untuk itu ia harus menguasai dan mampu memerankan watak, tingkah dan busana atau yang lain yang mendukung perannannya. Dalam puaya memilih pemain drama yang tepat, cara berikut ini dapat diterapkan. 1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar semuanya dapat dipahami. Dan dialog para tokoh dan penjelasan lain dapat diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu. 2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, lalu dipilih pemain yang cocok dan mampu memerankan masing-masing tokoh. 3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan per perbandingan usia dan perkiraan perawakan postur. 4. Kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula. 5. Scbail dipiih pemain yang pintar’. Aniinya, dalain waktu tidak terlalu lama benlatihnya, dia sudab bisa meniainkan tokoh seperti yang dikehenclaki naskah. Kemampuan bermain drama dapat dipelajari. Yang berminat dapat mempelajarinya lewat berbagai buku tentang cara bermain drama. Bahkan bagi pemain serius dapat mendalaminya lewat sekolah. Di Yogyakaria ada sekolah khusus tentang drama, yaitu Akademi Seni Drama dan Film Asdrafi. Di akademi ini diajarkan, antara lain cara-cara berakting, atau lebih luasnya cara-cara bermain drama. Di Jakarta, sekolah khusus yang mengajari cana bermain drama ialah Institut Kesenian Jakarta IKI di Taman lsmail Marzuki TIM. Penonton Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan drama. Bagaimanapun sempurnanya persiapan, kalau tak ada penonton rasanya drama tak akan dimainkan. Jadi, segala unsur drama yang telah disebutkan sebelumnya pada akhirnya semuanya untuk penonton. Persis seperti juru masak di restoran. Aneka bahan dipilih, bermacam bumbu digunakan, berbagai teknik pengolahan diterapkan, semua itu untuk pelanggan agar pelanggan mau datang, membeli, dan menikmatinya. Kalau masakan enak dan harganya cocok biasanya pelanggan puas dan akan datang lagi pada waktu lain. Pelanggan semakin banyak sehingga pengusaha rumah makan itu memetik keuntungan besar, usahanya sukses. Demikian pula pertunjukan drama. Kesuksesannya bisa diukur dan hanyak-sedikitny penonton. Kalau penontonnya , dan kebanyakan merasa puas, pertunjukan dram itu dapat dikatakan sukses besar. Siapakah penonton? Penonton adalah orang-orang yang mau datang ketempat pertunjukan. Biasanya mereka mau meninggalkan rumah dan kesibukannya untuk menonton drama karena merasa yakin hahwa lakon dan pemainnya bagus. Kalau sudah yakin benar mereka akan datang menonton meskipun harus mengeluarkan uang untuk membayar harga tanda masuk. Memang, tidak semua penonton wajim membeli tiket. Banyak pula penonton drama gratis. Meskipun demikian, penonton tetap berharap agar drama yang ditontonnya bisa menyenangkan hati mereka. 2. Manajemen Artistik Naskah Bila kita akan mengadakan pertunjukan, yang kita butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita tau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan, panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkaapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara musik pengiring. Naskab drama bentuk dan usunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penentuan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pemhicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya. Pemain drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dan tiga babak, berarti babak I, babak II dan babak III. Tiap-tiap babak menggambarkan peristiwa yang berbeda. Begitu pula tempat, waktu dan suasananyapun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gambaran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung di tempau. waktu, dan suasana yang berbeda. Untuk memudahkan para pemain drama, naska drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan setia bahak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah atau dengan berteriak. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan dipanggung. Sutradara Sutrada adalah pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terbadap kesuksesan pementasan drama, ia tentu harus membuat perencanaan dan melaksanakannya. Sutradara layaknya seorang panglima yang merancang pertempuran dan berjanji harus menang. Seorang panglima yang baik adalah juga seorang prajurit yang baik. Demikian pula seorang sutradara yang dengan sendirinya haruslah seorang aktor yang baik. Dengan demikian dia tidak hanya pandai mengarahkan, tetapi juga piawai melakukannya. Tugas sutradar sangat banyak dan beban tauggung jawabnya cukup berat. Sutradara harus memilih naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, memilih pemain melatih pemain, bekerja dengan staf, dan mengkoordinasikan setiap bagian. Semua itu harus dilakukan dengan cermat. Bila pementasan drama berjalan lancar menarik, dan memuaskan penonton, sutradara adalah orang pertama yang berhak mendapatkan acungan jempol. Sebaliknya, bila terjadi ketidak lancaran yang menyebabkan ketidak puasan penonton, sutradara pasti menjadi sasaran makian. Bagi seorang sutradara, yang mula-mula dilakukan adalah memilih naskah atau menulis naskah sendiri kalau mau, mampu dan ada waktu. Naskah itu lalu dibaca berulang-ulang, direnungkan, ditafsir-tafsirkan sampai akhirnya mendapatkan kesimpulan bagaimana watak tokoh-tokohnya, tata riasnya sulit atau tidak, pengaturan panggungnya mampu dikerjalan atau tidak, dan seterusnya. Meski sebenarnya, urusan tata rias, tata panggung, tata suara, dan tata lampu dapat diserahkan kepada orang lain. Selanjutnya, sutradara memilih para pemain, dasar pertimbangannya, pemain itu diperkirakan cocok dengan tokoh dalam cerita baik postur, watak, maupun kemampuan berakting. Para pemain terpilih kemudian diberi penjelasan tentang lakon drama yang akan dipentaskan, watak para tokoh dan hal-hal lain berkaitan dengan drama yang akan dipentaskan. Kalau perlu, dilanjutkan diskusi dengan pemain. Tugas sutradara selanjutnya adalah melatih, membimbing, mengarahkan para pemain agar dapat memrtsnksn tokoh dalam cerita. Ini bukan perkara mudah sebab, . harus mampu menafsirkan watak dan lagak tokoh cerita secara tepat kemudian memindahkan watak dan lagak itu kepada pemain yang dipilihnya. Seorang sutradara tidak boleh bekerja sambil lalu. Ia harus bersemangat tinggi dan sungguh-sungguh melatih para pemain. Sikap disiplin dan tegas harus ditunjukkannya. Ia tidak boleh segan menegur, mencela, atau menyalahban pemain yang memang salah mengucapkan dialog atau berakting. Jika perlu, dengan tegas menindak pemain yang tidak disiplin. semua itu demi keberhasilan pementasan drama. Dalam pelatihan sutradara memberikan perintah, aba-aba, pentunjuk, dan saran kepada pemain. Setiap pemaih harus tunuk kepadanya. Semua kata-katanya harus dijalankan. Sutradara harus “tega” menyuruh pemain mengulang-ulang dialog dan aktingnya sampai benar-benar sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Sutradara juga menujuk tugas khusus, yaitu penata rias, penata busana, penata panggung, penata lampu dan penata suara. Sutradara harus menjalin komunikasi yang baik dnegan meraka, terutama memberi pengarahan tentang apa yang harus dilakukan para petugas. Selain itu sutradara juga mengkoordinasikan kerja pada petugas agar semuanya berjalan dengan lancar dan serasi. Semua itu memang menjadi tanggung jawab sutradara. Tata Busana Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain baik bamhan, model, maupun cara mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tata rias. Karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Akan tetapi, sering pula terjadi tugas penata rias dipisahkan dengan tuga mengatur pakaian. Artinya, penata rias hanya khusus menata wajah, sedangkan mengatur pakaian atau busana penata busana dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan. Tata Rias Yang dimaksud dengan tata rias adalah cara mendandani pemain. Orang yang mengerjakan tata rias disebut penata rias. Tugasnya merias wajah pemain. Alat-alat rias bermacam ragam dan banyak tersedia di toko. Tentu saja ada yang mahal dan ada yang murah. Untuk merias pemain drama, tidak perlu menggunakan alat rias yang mahal. Apalagi sulit didapat. Sebaiknya mempergunakan alat rias yang sederhana, murah, dan mudah didapat. Kalau perlu, sebagian dibuat sendiri. Alat-alat rias itu, misalnya bedak, pemerah bibir, bubuk hitam dan arang, pensil alis gelung palsu, kumis palsu, dan lem. Seorang penata rias harus memiliki rasa seni yang tinggi. Karena tugasnya merias wajah, ia harus tahu apakah. hasil riasannya sudah cukup bagus. Apa. sudah sesuai dengan tokoh yang akan diperankan? Misalnya, merias pemain yang akan memerankan nenek tua. Setelah merias, ia perlu memeriksa kembali dan mengamati dengan teliti apakah pemain yang diriasnya sudah benar-benar tampak seperti nenek tua. Selain harus mempunyai rasa seni, penata rias harus terampil dan cekatan. Mengapa? Pemain yang harus dirias adakalanya cukup banyak. Kalau kerja penata rias lambat bisa jadi pementasan drama akan terlambat. Apalagi kalau terlambatnya cukup lama, bisa merusak keseluruhan rencana pementasan drama. Karena itu, penata rias harus terampil dan cekatan, dan mampu mengatur waktu sehingga setiap pemain yang akan naik panggung sudah dirias dengan baik. Tata Suara Yang dimaksud penata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara sound system, melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi pera penonton. Sebagai contoh, adegan ketika seorang anak sedang melamun dikamar belajar menjelang tengah malam yang sepi, mengenang orang tuanya yang jauh. Adegan itu menggambarkan suasana sedi. Kalau diiringi oleh musik yang sesuai, tentu kesedihan itu akan lebih terasa dan lebih mengharukan. Penataan musik pengiring tidak bisa diserahkan kepada sembarangarang. Sebab, penata musik harus pintar menafsirkan musik pengiring yang cocok. Karena itu, penata musik harus mempunyai perasaan yang halus dan tajam, berjiaw seni, memahami musik, dan mengerti lagu-lagu. Peralatan apa yang diperlukan untuk musik pengiring ?. Tidak ditentukan secara baku. Apa saja bisa digunakan asal cocok. Mungkin hanya sebuah biola, mungkin sebuah organ. mungkin seruling, gitar, dan tambur. Mungkin pula lebih lengkap lagi. Adakalanya, musik pengiring itu sudah direkam dalam pita kaset dan seorang penata suara tinggal mengoperasikan rekaman itu. Musik pengiring dimainkan di balik layar agar tak terlihat penonton. Kalau terlihat, permainan drama kurang baik. Karena ada persaingan antara pemain musik dengan pemain drama di panggung. Akan tetapi, kekerasan suara itu harus diatur. Kalau terlalu keras, bisa menutup suara dialog yang diucapkan para pemain. Akibatnya, penonton tidak bisa mendengarkan dialog dengin baik sehingga tak akan dapat mengerti lakon drama yang dtontonnya. Sebaliknya, bila suara musik pengiring terlalu lemah dan suara dialog terlalu keras, musik pengiring pengiring itu akan tenggelam. Karena itu keras lemahnya suara dialog dan musik pengiring harus diselaraskan. Itu semua menjadi tugas penata suara. Tata Panggung Yang dimaksud panggung adalah pentas atau arena untuk drama. Biasanya letakny didepan tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton. Tujuannya, agar penonton yang duduk di kursi paling belakang masih bisa melihat apa yang ada di panggung. Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Misainya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung seperti ruang tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja, kursi, hiasan dinding. dan lain-lain. Semua peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu. Petugas yang menata itu disebut penata panggung. Penata panggung tugasnya hanya menuruti apa yang diminta naskah. Meskipun demikian, secara kreatif ia boleh menambah atau mengurangi, atau mengubah letak perabot asal perubahan itu menambah baiknya keadaan panggung. Berkaitan dengan itu, penata panggung sebaiknya dipilih orang-orang yang mengerti keindahan dan tahu komposisi yang haik, meletakkan barang-barang di panggung tidak sembaranan. Sehab, mengatur barang-harang ada seninya. Barang-barang itu perlu diatur sebaik-baiknya supaya tampak serasi. Demikian pula jarak antara barang satu dan yang lain. Ini dimaksud komposisi. Komposisi yang tepat akan menimbulkan keindahan dan keindahan menimbulkan rasa senag. Tata Lampu Yang dimaksud tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, tata lampu erat hubungannya dengan tata panggung. Kalau panggung menggambarkan ruangan rumah orang miskin di daerah terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu minyak, maka lampu minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian dari tata panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya. Supaya panggung menjadi terang harus diberi cahaya lampu listrik dari arah depan, bawah, samnping kiri, atau samping kanan. Lampu listrik itu harus disembunyikan agar tak terlihat penonton. Pengaruran cahaya di panggung memang harus disesuaikan dengan keadaan panggung yang digambarkan. Di rumah orang miskin, di rumah orang kaya semuanya memerlukan penyesuaian. Demikian pula dengan waktu terjadinya. apahah pagi, siang, atau alam. Cahaya waktu pagi tentu tak seterang siang hari. Bila suatu peristiwa terjadi pada malain hari, harus diingat pula di mana terjadinya peristiwa itu. Di ruang diskusi cahaya tentu lehih terang daripada di luar rumah. Yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata lampu biasanya menggunakan alat yang disebut spot light, yang semacam kotak besar berlensa yang berisi lampu ratusan watt. Bila dinyalakan, sinarnya terang sekali memancarkan ke satu arah. Penata lampu lalu menyorotkan dari jarak jauh biasanya dari belakang penonton ke panggung. Lensa dapat diatur untuk menerangi seluruh atau sebagian panggung. Bila dikehendaki, cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga dapat diubah sesuai kebutuhan. Karena tata lampu selalu berhubungan degnan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti teknik kelistrikan. Sebaba adakalanya lampu harus tiba-tiba dimatikan sejenak lalu dihidupkan kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik, misalnya terjadi hubungan arus pendek sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal seperti itu penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan, tentu akan bingung. Akibatnya, pencahayaan di panggung kacau dan pertunjukan drama gagal total.

hampir seluruh pementasan teater mandiri adalah karya pimpinannya sendiri yaitu